Yogyakarta – Sekjen Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini mengatakan, konsep bernegara bangsa Indonesia sudah ideal dalam konteks merangkul kemajemukan masyarakat. Kondisi itu juga diperkuat dengan keputusan NU di Situbondo yang menegaskan bahwa Pancasila merupakan dasar ideal untuk menjembatani dan mengakomodasi apa yang disebut sebagai kebinekaan.
Hal itu diungkapkan Helmy Faishal Zaini ketika menjadi pembicara dalam seminar dan Bedah Buku Negara Khilafah Versus Negara Kesatuan RI di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Dia mengungkapkan, bahwa bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang merupakan konsensus kebangsaan sudah final. Tidak diperlu lagi memperdebatkan lagi soal bentuk dan format negara.
Dalam keterangan tertulisnya yang diterima ‘Damailahindonesiaku.com’, Kamis (2/11/2017) dikatakan, terkait dengan tantangan dan semangat nasionalisme kaum muda saat ini, sangat penting untuk mentransformasikan pesan-pesan nasionalisme dalam bentuk yang kreatif, seperti dengan berkampanye melalui media sosial.
“Jumlah pengguna media sosial di Indonesia sudah cukup banyak. Maka perlu ditekankan dan dipikirkan untuk membuat gerakan dan formulasi kampanye pesan-pesan nasiolisme melalui sarana-sarana yang disebut sebagai media sosial. Ini sangat penting sebagai bentuk respon perkembangan zaman,” katanya.
Saat mengunjungi Yogyakarta, Helmy Faishal Zaini bersilaturrahim dengan budayawan Emha Ainun Nadjib (Cak Nun), Selasa (31/10/2017). Dalam silaturrahim tersebut, sejumlah persoalan kebangsaan dan keagamaan dibicarakan secara serius. Dalam kesempatan itu, Cak Nun berpesan agar NU lebih bijaksana dan mengayomi umat.
Menurut Cak Nun, NU harus bisa menjadi perkumpulan yang mengayomi yang keputusan-keputusannya berlandaskan tujuan untuk menegakkan keadilan dan kebijakaanaan. “Gerakan NU harus sudut pandangnya adalah kebijaksanaan dan mengayomi. Itu yang paling penting,” kata Caknun.
Helmy mengatakan, PBNU selama ingin membangun masyarakat yang mejemuk dan menjunjung nilai-nilai. Namun, kesadaran akan realitas yang majemuk tersebut disadari masih menjadi PR bersama bagi semua pihak. Maka, kata Helmy, untuk mengatasinya semua pihak harus bersinergi.