Jakarta – Seperti halnya virus corona atau Covid-19, virus radikal terorisme tentumya juga tidak mengenal ruang dan waktu. Masyarakat dengan pemahaman agama yang rendah sebagai daya imun dirinya akan mudah terpapar paham ini. Bangsa ini sebenarnya tidak perlu mencari vaksin baru dalam menghadapi virus radikal terorisme.
Pancasila sebagai dasar negara, falsafah dan pandangan hidup bangsa ini sebenarnya sudah menjadi vaksin terbaik bagi masyarakat dalam meningkat daya imunitas diri dalam menghadapi virus radikal terorisme tersebut.
Wakil Ketua Pembina Pengurus Pusat Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PP Perti), Dr. KH. Anwar Sanusi, SH, S.Pel, MM. menjelaskan bahwa sesungguhnya dalam Pancasila itu sendiri contohnya ada sila Ketuhanan Yang Maha Esa yang dapat mencegah paham radikalisme.
“Karena Ketuhanan Yang Maha Esa, artinya bahwa seluruh rakyat dan warga Indonesia harus mempunyai Tuhan dan harus beragama. Dan sepanjang yang saya ketahui tidak ada agama yang mengajarkan tentang radikalisme dan terorisme. Sehingga kalau sila pertama ini sudah meresap di dalam jiwa masyarakat kita , maka tidak akan ada yang namanya terorisme maupun radikalisme,” ujar Dr. KH. Anwar Sanusi, SH, S.Pel, MM, di Jakarta, Selasa (23/6/2020).
Anwar Sanusi yang pernah menjadi Ketua Umum ormas Perti periode 2005-2011 itu juga menyampaikan bahwa sesungguhnya agama manapun itu telah mengajarkan kepada para umatnya untuk kasih sayang dan saling mengasihi sesama manusia.
“Semua agama mengajarkan kasih sayang, jadi kalau kita menghayati betul tentang nilai-nilai Pancasila seperti sila pertama, maka tidak akan ada terorisme, radikalisne, bahkan separatisme juga tidak ada. Karena nilai agama itu juga menghubungkan manusia dengan manusia yang dalam Islam disebut ukhuwah islamiyah,” tutur salah satu pendiri yang juga Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) ini.
Selain ukhuwah Islamiyah, pria kelahiran Indramayu, 11 September 1953 ini juga mengatakan bahwa ada juga hubungan antara warga negara dengan negaranya yang pernah dikemukakan oleh para ulama bangsa ini, alm. KH. Hasyim Ashari pada saat itu dengan jargonnya yang dikenal dengan sebutan, ‘Hubbul Wathan Minal Iman’ .
“Hubbul Wathan Minal Iman ini artinya bahwa Mencintai Negara itu sebagian daripada Iman kita. Orang yang cinta pada bangsa ini pasti akan sangat menjaga tanah airnya dan merawat ideologi negara dari segala bentuk yang akan menghancurkannya.,” kata mantan anggota Majelis Tinggi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut.
Lebih lanjut mantan anggota DPR RI periode 1997-2014 dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (FPPP) itu mengungkapkan bahwa sesungguhnya Pancasila ini sebagai falsafah bangsa dan juga sebagai ideologi yang pada hakekatnya menghendaki keadilan.
“Oleh sebab itu untuk mencapai suatu keadilan sebagai sila yang kelima, selain Ketuhanan Yang Maha Esa kita direkatkan dulu dengan sila kedua, Kemanusian yang Adil dan Beradab. Artinya, sebagai manusia Indonesia maka akan ada yang dalam Islam disebut ‘hablum minannas’yakni hubungan horizontal, antar manusia untuk saling hormat menghormati, saling beretika baik dalam tindak tanduk maupun di dalam perkataan,” ungkap pendiri Badan Kontak Muballig Indonesia (Baqomubin) itu.
Lalu Anwar juga menjelaskan di dalam sila ketiga, Persatuan Indonesia. Yang mana di dalam Islam sendiri disebutnya sebagai ‘Wa’tasimu bihablillahi jami’a wala tafarroqu’ yang artinya Bersatulah kita bersama-sama, jangan terpecah belah.
“Jika dalam Pancasila itu kita mengenalnya dengan sebutan Bhineka Tunggal Ika, walaupun kita bersuku-suku bangsa, berbeda agama, tetapi kita tetap bersatu. Jadi nilai-nilai Pancasila itu sebenarnya sangat luhur sekali,” terang anggota Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI).periode 2014-2019 ini.
Pria yang pernah menjadi Wakil Ketua Komisi VI DPR-RI pada periode 2004~2009 itu menyampaikan kalau masyarakat bangsa ini benar-benar mengamalkan Pancasila dengan konsekwen, maka kehidupan di Indonesia ini tentu akan damai.
“Jadi kita harus kembali kepada Pancasila sebagai sumber daripada sumber hukum, jangan di downgrade derajatnya. Karena Pancasila ini sebagai dasar negara, sebagai pegangan kita bersama, serta sebagai arah berbangsa dan bernegara. Insya Allah tidak akan terjadi itu yang namanya terorisme ataupun radikalisme,” ucap anggota Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) periode 2014-2019 itu.
Oleh karena itu Anwar pun juga mengungkapkan pentingnya pencegahan paham radikal teorisme di masyarakat. karena dirinya menilai bahwa aksi terorisme itu sudah merupakan kejahatan yang sangat luar biasa. Menurutnya ormas Islam yang tergabung dalam Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) pun akan selalu mendukung setiap upaya yang ada.
Dirinya juga berharap agar kedepan bisa terjalin kerjasama antara ormas Islam dengan pemerintah untuk mensosialisasikan pencegahan paham radikal terorisme. Apalagi Perti sendiri juga mempunyai perwakilan 34 wilayah provinsi dan ratusa cabang di kabupaten/kota, sehingga pihaknya akan mensosialisasikan program-program dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)
“Melalui pengurus-pengurus kami di wilayah untuk bersama masyarakat akan terus berupaya mencegah paham radikal terorisme, khususnya jika ada stigma-stigma yang kurang baik terhadap Islam,” terang Sekretaris Jendral Badan Kordinasi Mubaligh Indonesia (BAKOMUBIN) ini,
Anwar menyampaikan bahwa dalam ajaran Islam sendiri tidak ada tentang terorisme. Karena ajaran Islam itu ajaran yang Kaffah yakni Rahmatan Lil Alamin. Namun ada seseorang ataupun kelomp0ok yang masih dangkal pengetahuannya tentang Islam secara Kaffah itu yang kemudian mereka mengambil bagian-bagian dari Islam itu ditambah dengan referensi-referensi yang salah. Jadi kalau ada yang melakukan radikalisme, melakukan hal-hal yang tidak terpuji, tentu itu bukan ajaran Islam
“Orang atau kelompok itu salah di dalam melakukan dan menerapkan ajaran karena mereka itu tidak mendalami pengetahuannya, hanya belajar Islam secara dangkal. Oleh sebab itu tentunya kalau belajar Islam tentunya harus belajar yang benar. Kalau belajar dari ustad dan kiai tentunya juga harus dari ustad dan kiai yang benar juga.,” ujar mantan anggota Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (KPKPN) periode 2001~2004 itu.
Oleh karenanya Anwar mengingatkan kepada umat muslim jika belajar agama tentunya janganlah mengambil referensi yang salah. Melihat aksi teror selama ini baytka dilakukan para pelaku yang berusia muda, dirinya meminta kepada para generasi muda unutk belajar agama dan mendalami pada ajaran-ajaran yang benar.
“Sekarang ini kita tahu bahwa ada istilah ‘Mbah’ Google.Mungkin orang belajar dari Google dan sebagainya itu juga boleh saja, tetapi harus pakai referensi-referensi yang benar. Oleh sebab itu saya mengingatkan bahwa bicara tentang Islam, bicara tentang Al Quran dan bicara tentang hadist itu harus yang benar sehingga radikalisme itu tidak akan pernah terjadi,” ujarnya mengakhiri.