Jakarta – Akhir-akhir ini jagad sepakbola Indonesia tengah ramai dengan penolakan kedatangan tim nasional Israel di Piala Dunia U-20 yang akan digelar di Indonesia. Gubernurr Bali, Gubernur Jawa Tengah, Majelis Ulama Indonesia, dan berbagai ormas Islam, dengan tegas menolak kedatangan tim sepakbola negeri Yahudi ini. Penjajahan Israel terhadap Palestina menjadi salah satu poin alasan penolakan itu, disamping Indonesia dan Israel memang tidak memiliki hubungan bilateral.
Berbagai penolakan itu kemudian bergulir menjadi kontroversi pro dan kontra. Bahkan akibat penolakan itu drawing putaran final Piala Dunia U-20 yang seharusnya digelar di Bali, kemarin oleh FIFA dibatalkan. Kabar terakhir, atas berbagai penolakan itu, FIFA kabarnya akan membatalkan penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia.
Masalah ini juga tidak lepas dari pengamatan Pakar Terorisme dan Pendiri Yayasan Prasasti Perdamaian yang banyak menaungi eks narapidana terorisme (napiter), Noor Huda Ismail. Ia meminta pemerintah Indonesia mempertimbangkan keikutsertaan Timnas Israel di gelaran Piala Dunia U-20 di Indonesia. Ia menilai kedatangan Timnas Israel akan mengancam stabilitas keamanan Indonesia karena banyaknya aksi terorisme.
“Indonesia memiliki banyak jaringan kelompok terorisme yang selama ini menyatakan perang terhadap Israel. Kebencian mereka pada Israel sudah sangat tinggi. Besar kemungkinan kelompok-kelompok ini melakukan aksi serangan jika benar-benar Israel datang,” kata Noor Huda dalam keterangan tertulis, Senin (27/3/2023).
Menurutnya, setidaknya ada tiga kelompok di Indonesia yang harus diwaspadai. Pertama adalah Jaringan Islamiyah (JI) yang sudah bergerak meskipun menggunakan kelompok kecil yang jadi sempalannya.
“Mereka sudah melakukan demo-demo, dan mengeluarkan ancaman. Misalnya ancaman melakukan sweeping hotel, menggeruduk bandara dan lainnya,” ucapnya.
Kelompok kedua adalah Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang merupakan kelompok di bawah ISIS yang sejak dulu menyatakan perang terhadap Israel. Kelompok ini juga eksis di Indonesia dan sering melakukan aksi serangan bom bunuh diri atau serangan teror lainnya.
“Dan ketiga adalah kelompok mainstream yang juga aktif melakukan gerakan. Intinya, jaringan-jaringan teroris ini pasti akan mencari panggungnya sendiri saat Piala Dunia U-20 berlangsung. Karena tren kelompok terorisme itu, mereka dianggap eksis kalau melakukan aksi serangan,” tutur Noor Huda.
Meskipun pihak keamanan akan bekerja keras dan menjaga perhelatan dengan kekuatan maksimal, kata Noor Hoda, namun tidak menutup kemungkinan akan ada kecolongan. Pasalnya, kelompok teroris pasti mencari celah untuk melakukan aksi.
“Mereka akan berbuat apa saja demi menjaga eksistensi kelompoknya. Ini berhubungan soal pendanaan. Ketika mereka eksis, maka dana akan terus mengalir,” terang Noor Huda.
Selama ini, narasi kebencian atas Israel sudah begitu luar biasa menggema di Indonesia. Tak hanya di ruang publik, narasi perlawanan terhadap Israel juga terus menggema di dunia maya. Group-group telegram yang diikuti anak-anak muda santer membahas soal itu.
Noor Huda sudah mendengar banyak informasi terkait rencana aksi kelompok teroris saat Piala Dunia U-20 berlangsung. Paling santer menurut dia, adalah pembahasan aksi yang tersebar di group telegram kelompok radikal itu.
“Banyak diantara mereka yang ada di group itu siap mati demi memperoleh tiket surga. Itu tinggal digosok sedikit saja, anak-anak muda itu bisa melakukan apa saja,” jelasnya.
Untuk itu, Noor Huda menyarankan pemerintah Indonesia harus mengkaji betul keikutsertaan Israel dalam perhelatan Piala Dunia U-20 di Indonesia. Sebab dengan banyaknya kelompok teroris anti zionis Israel di Indonesia, besar kemungkinan terjadi hal yang tidak diinginkan.
“Potensinya bahaya ini harus dibaca serius, karena ini nama besar dan citra Indonesia di kancah internasional dipertaruhkan,” ungkapnya.
Makanya, Noor Huda mengapresiasi beberapa tokoh nasionalis yang ikut menolak kedatangan Timnas Israel. Menurut Noor, para tokoh itu mungkin sudah mengetahui adanya skenario dari para jihadis untuk membuat huru-hara di Indonesia.
“Saya yakin para tokoh itu sudah mendapat informasi terkait rencana aksi kelompok teroris ini. Jadi menurut saya daripada memberi panggung untuk kelompok teror ini ya lebih baik Israel tidak usah datang ke Indonesia,” ujarnya.