Pahlawan adalah Simbol Keteladan dan Panutan Bangsa

Mataram – Pahlawan adalah simbol keteladanan dan panutan dari sosok yang telah memberikan perubahan positif untuk bangsa ini dalam berbagai aspek. Jika di masa lalu pahlawan berjuang dengan fisik, maka pahlawan hari ini berjuang dengan semangat membangun bangsanya. Karena itulah, pahlawan tidak pernah punah dan jadilah pahlawan di setiap masa.

Ketua Umum Dewan Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Wathan (PBNW) Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Lc, MA, mengatakan bahwa kepahlawanan adalah tentang cinta tanah air, keikhlasan dalam berkorban, dan siap untuk berjuang membela bangsanya serta memiliki kemauan untuk menghadirkan kemanfaatan bagi sebanyak-banyaknya orang.

“Jadi dia itu tidak hanya memikirkan untuk dirinya sendiri, tetapi dia juga memikirkan kepentingan yang lebih besar, kepentingan bersama untuk bagaimana membangun bangsa ini agar lebih maju kedepannya dengan memiliki daya saing di berbagai aspek kehidupan,” ujar Dr. TGB Muhammad Zainul Majdi, Lc, MA, di Mataram, Kamis (12/11/2020).

Oleh karena itu pria yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Darunnadatain Nahdlatul Wathan Pancor, Lombok Timur, NTB itu mengungkapkan bahwa walaupun masa atau eranya sudah berubah, tapi sepanjang kita bisa mengaktualisasikan sifat-sifat ini dalam diri kita dan semangat ini ada di dalam diri kita, tentunya kita bisa meneladani para pahlawan tersebut.

”Menurut saya yang penting juga adalah bagaimana upaya kita dalam membangun kesadaran, tentunya kesadaran akan jati diri kita sebagai anak bangsa. Karena kita ini bagian dari bangsa yang besar, yang diberikan oleh Tuhan dalam keragaman yang sangat tinggi,” tutur Zainul Majdi.

Mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) selama dua periode ini juga menuturkan bahwa kemampuan kita untuk menjaga keragaman serta memperkokoh persaudaraan itu akan menjadi kunci untuk Indonesia agar tetap kokoh dan kuat selamanya.

”Nah kesadaran ini menurut saya kalau kita sudah sadar bahwa kita ini bagian dari bangsa yang besar bahwa kita harus menjaga semangat persaudaraan, maka ini akan kemudian mewujud menjadi aksi-aksi nyata di dalam kehidupan kita sehari hari,” ungkap mantan anggota DPR RI masa jabatan 2008-2013 itu.

Pria yang akrab disapa Syech TGB (Tuan Guru Bajang) ini mencotohkan bahwa dengan membangun kolaborasi dengan orang-orang yang ada di sekitar kita untuk berbuat hal-hal yang baik. Kemudian membangun jejaring serta menghadirkan narasi-narasi yang positif di ruang publik demi menjaga persatuan dan persaudaraan antar sesama anak bangsa dan masyarakat pada umumnya.

”Karena saat ini adalah era transparansi. Dan tentunya semua hal itu terbuka dan kita bisa melihat kontribusi nyata dari siapa pun. Jadi pilihlah idola anda bukan berdasarkan katakanlah sekedar melihat keturunannya, apalagi misalnya dari latar belakang status sosialnya saja. Tapi lihatlah dari keteladanannya,” ujarnya.

Lebih lanjut, pria kelahiran Lombok Timur, 31 Mei 1972 ini menyampaikan bahwa dalam melihat sesuatu, lihatlah dari sisi apa karya-karya nyatanya yang positif untuk masyarakat dan membangun bangsa ini. Ia berujar, jika menemukan orang seperti itu, siapapun dia, apapun latar belakangnya maka dia layak dan pantas untuk dijadikan idola.

”Saya pikir sebenarnya banyak tokoh yang bisa dijadikan panutan. Masalahnya kita ini kan kadang-kadang lebih suka kepada bad news, suatu berita sensasional, penyimpangan-penyimpangan, kejahatan di sana sini. Itulah yang menyebabkan kita lupa bahwa di sekitar kita banyak orang yang punya inisiatif baik,” terangnya.

Ia menyebutkan bahwa sebetulnya banyak masyarakat biasa atau orang biasa yang bisa menjadi pionir untuk membangun kebersihan lingkungan. Atau banyak masyarakat anak muda yang sekarang mulai membangun aliansi untuk melawan kekerasan misalnya.

“Jadi contoh-contoh sepeeti itu menurut saya adalah pelopor-pelopor yang harusnya bisa menjadi pahlawan yang tentunya harus kita hargai, apresiasi dan kita contoh,” ujar peraih Doktoral dan Master bidang Tafsir dan Ilmu-Ilmu Al-Qur’an dari Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir ini.

Sebagai pengasuh Pondok Pesantren, dirimya juga meyakini kalau para santri-santri yang ada di berbagai pesantren di tanah air juga selalu ditumbuhkan rasa kepahlawanan dengan cara mengaplikasikan nilai-nilai dan semangat kepahlawanan yang telah dilakukan pada masa lalu

“Saya pikir anak-anak santri ini sudah secara otomatis dalam pendidikan yang mereka dapatkan itu sudah diajarkan tentang nilai-nilai kepahlawanan. kecintaan pada tanah air, ada kesediaan untuk berkorban, ikhlas, berani memperjuangkan suatu ide yang baik dan kemudian menghadirkan kemanfaatan-kemanfaatan untuk orang banyak,” ujar cucu Pahlawan Nasional, Maulanasyaikh TGKH M. Zainuddin Abdul Madjid ini

Dan hal tentunya hal tersebut menurutnya bukan hanya ditanamkan di pesantren saja, tetapu juga di seluruh lembaga pendidikan umum juga harus tetap terus ditanamnkan nilai-nilai kepahlawanan ini pada para generasi muda kita sebagai upaya untuk menlindungi bangsa ini dari berbagai ancaman yang dapat menimbulkan perpecahan.

“Dimana itu di pesantren sebenarnya sudah kuat sekali dalam menanampkan nilai-nilai kepahlawanan itu. Namun demikian hal tersebut tentunya tetap harus terus dirawat dan dipelihara. Ini supaya Pesantren bisa tetap menjadi benteng yang menjaga kekokohan kita dalam mengawal satu bangsa ini,” ujarnya mengakhiri.