Jakarta – Kasus serangan teror di Indonesia dari tahun 2016-2023 terus turun hingga 89 persen. Dan posisi Indonesia sendiri dalam Global Terrorism Index (GTI) semakin baik, yakni berada pada kategori terdampak sedang atau medium impacted.
Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si, dalam sambutan laporannya dihadapan Wakil Presiden RI, Prof. Dr. (HC). KH. Makruf Amin, dan tamu undangan lainnya pada acara Puncak Peringatan Hari Ulang Tahun Ke-13 Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang berlangsung di Ballroom i Djakarta Theatre, Jakarta, Jumat (28/7/2023).
“Posisi Indonesia, kami laporkan, dalam Global Terrorism Index semakin baik, dalam kategori medium impacted. Faktor utamanya adalah semakin gencar dan masifnya penegakan hukum yang dilakukan oleh Polri yang didukung oleh TNI,” katanya.,” kata Komjen Pol Rycko.
Namun demikian, Rycko menuturkan, semua ini adalah kondisi yang muncul di atas permukaan. Oleh sebab itu dirinya mengingatkan kepada semua pihak untuk tidak boleh cepat berpuas diri dan apalagi menjadi lengah.
“Semua pihak mesti tetap waspada dengan berbagai dinamika gerakan yang muncul di bawah permukaan dari sel-sel jaringan teror yang mulai menyusup ke sendi-sendi kehidupan warga dan bernegara,” ujar alumni Akpol tahun 1988 ini,
Lebih lanjut Kepala BNPT menjelaskan, kelompok ini mulai mengubah pendekatannya dari hard menjadi soft approach, dari strategi bullet menjadi ballot strategy. Sel-sel terorisme di permukaan menggunakan jubah keagamaan.
“Sementara di bawah permukaan mereka melakukan gerakan ideologi dalam ruang yang gelap secara sistematis, masif, dan terencana. Kelompok ini mulai mengubah pendekatannya dari ’hard’ menjadi ’soft approach’, dari strategi ’bullet’ menjadi ’ballot strategy’.,” kata mantan Kapolda Sumatera Utara ini.
Bahkan menurut Rycko, kelompok tersebut juga terus melakukan konsolidasi, perekrutan, dan penggalangan dana dengan berbagai cara. Hasil penelitian I-KHub Outlook BNPT 2023 menunjukkan kelompok rentan, yakni remaja, anak-anak, dan perempuan, menjadi sasaran utama radikalisasi.
“Remaja, anak-anak, dan perempuan menjadi kelompok rentan terkait terorisme. Khusus remaja, berdasarkan hasil penelitian Setara Institute, menunjukkan bahwa tren ideologi kekerasan di kalangan siswa cenderung meningkat.
Dikatakan perwira tinggi yang pernah menjabat Gubernur Akpol ini, dengan adanya kemajuan teknologi dan masa pandemi COVID-19, turut mendorong masif-nya radikalisasi secara online yang melahirkan self-radicalization dan lone-wolf.
“Meskipun peningkatannya hanya 1 digit, tren ideologi kekerasan di kalangan para siswa ini terus meningkat, di kalangan generasi penerus bangsa ini menjadi tantangan kita. Pemahaman wawasan kebangsaan, sejarah perjuangan kemerdekaan, dan budi pekerti menjadi penting dalam proses pembelajaran di semua jenjang Pendidikan,” ujar Kepala BNPT.
Menyambut baik arahan Wapres terkait kewaspadaan yang perlu dibangun dalam menghadapi Pemilu 2024 mendatang, Kepala BNPT dalam jumpa persnya mengatakan bahwa, badan yang dipimpinnya ini juga telah menyadari tantangan yang tidak mudah dengan adanya pergeseran aksi terorisme yang menggunakan paham-paham keagamaan serta menyasar kelompok rentan.
“Kehadiran bapak Wapres tentu menjadi kebanggaan kami dan mendorong kami untuk bekerja baik lagi. Kami sampaikan kasus terorisme terus menurun dari 2018 sampai 2023. Untuk itu kami akan tetap menekankan pentingnya kolaborasi multipihak dalam penanganan terorisme,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Rycko mengucapkan terima kasih kepada Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) RI Mahfud MD, Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono dan Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo dan juga seluruh pihak atas dukungannya dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.
“Sekali lagi, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah bersama-sama bahu-membahu saling memperkuat dalam menanggulangi ideologi kekerasan, ideologi radikal, dan terorisme di negeri ini. Kita tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Bersatu kita kuat, bersama kita hebat,” ucap Kepala BNPT mengakhiri.
Dalam kesempatan yang sama, BNPT memberikan penghargaan dalam lima kategori, yaitu (a) Pelaksana Sinergitas yang diberikan kepada Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI), Gubernur Sulawesi Tengah, Gubernur Nusa Tenggara Barat, Gubernur Jawa Tengah, Gubernur Jawa Timur, Gubernur Jawa Barat, CEO Bukalapak, dan Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia; (b) Penegakan Hukum yang diberikan kepada Kapolri; (c) Pelaksana Deradikalisasi Dalam Lapas yang diberikan kepada Direktur Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; (d) Pelaksana Deradikalisasi Luar Lapas yang diberikan kepada Kepala Densus 88 AT Polri; serta (e) Pelaksana Pemulihan Korban Terorisme yang diberikan kepada Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
Hadir dalam acara ini, antara lain, Panglima TNI Yudo Margono, Kapolri Listyo Sigit Prabowo, Ketua LPSK Hasto Atmojo Suroyo, dan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Alue Dohong.