Trenggalek – KH Miftah Maulana Habiburrahman atau yang kerap dikenal Gus Miftah mengungkapkan bibit-bibit radikalisme salah satunya berangkat dari kebencian kepada pemimpin. Kebencian tersebut diperoleh juga ada kaitannya dengan memilih guru yang kurang tepat, diantaranya dalam memahami ilmu agama islam.
“Saya mendapati anak-anak belajar agama, tetapi kemudian muncul kebencian yang tinggi kepada negara. Saya melihat kecenderungan itu karena provokasi guru agama yang salah,” ungkap Gus Miftah dalam Orasi Kebangsaan di Gor Gajah Putih Trenggalek, Kamis 23 Februari 2023.
Beliau mencontohkan semasa covid-19 berlangsung, banyak yang menganggap pemerintah tidak bertanggung jawab dan menjelek-jelekkan awal pandemi masuk di Indonesia. Begitu muncul bantuan langsung tunai (BLT), orang tersebut ikut mengantri.
Selain itu, soal tingginya kebencian kepada pemerintah itu nampak saat masyarakat meminta adanya vaksin. Begitu vaksin keluar, banyak yang mengkritik tentang sertifikasi halal. Halal belum cukup, harus presiden yang pertama kali disuntik dan live streaming.
“Setelah live streaming, katanya editan,” bebernya.
Dulu, lanjut Gus Miftah, ia menemukan salah satu guru di Boyolali mengharamkan murid untuk hormat kepada merah putih. Karena itu dianggap musyrik dengan merah putih kok disembah.
Termasuk sewaktu pandemi, ada guru yang mengatakan Pancasila merupakan bid’ah dan mencintai negara adalah kafir.
Pendakwah nyentrik ini mengungkapkan, kenapa Rasulullah SAW dulu mencintai tanah Arab, Tidak lain karena Nabi Muhammad lahir di Arab, besar di Arab, berjuang di Arab, hingga wafat serta dimakamkan di tanah Arab.
“Saya mencintai Indonesia, karena saya lahir di Indonesia. Besar di Indonesia, berjuang di Indonesia, cari makan minum di Indonesia. Dan saya besok mati dimakamkan di Indonesia, itulah alasan saya Kenapa kita mencintai Indonesia, sesimpel itu,” paparnya. (