Indramayu – Pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji Yogyakarta, KH Miftah Maulana Habiburrahman atau Gus Miftah memberikan orasi kebangsaan rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-15 Politeknik Negeri Indramayu (Polindra), Sabtu (22/7/2023). Pada momen itu, Gus Miftah mengungkapkan bahwa Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu daerah rentan terpapar paham radikalisme dan intoleransi dan kasus Ponpes Al Zaytun dan Panji Gumilang.
“Salah satu alasan mengapa saya datang. Berdasarkan hasil lembaga survei, mahasiswa dan pelajar di Jawa Barat, termasuk yang paling tinggi terpapar radikalisme dan intoleransi. Menjadi ramai lagi secara nasional ketika munculnya isu Al Zaitun,” ujar Gus Miftah.
Kondisi ini, menurutnya, menjadi keprihatinan dan tanggungjawab bersama. Baik pemerintah, civitas pendidikan, hingga masyarakat umum lainnya harus bersama-sama mencegah paham radikalisme demi keutuhan NKRI.
Gus Miftah menambahkan bahwa radikalisme dan intoleransi, tidak terkecuali, kerap menyasar pelajar dan mahasiswa.
“Generasi muda itu posisinya istimewa, itulah mengapa sahabat Ali diprioritaskan oleh Nabi,” ujar dia.
Selain radikalisme, Gus Miftah juga menyoroti soal intoleransi. Ia mencontohkan, seperti kejadian di Bogor. Di sana pernah kejadian ada orang non muslim beribadah di rumahnya sendiri. Akan tetapi, oleh sebagain kelompok justru dipermasalahkan.
“Saya sebagai orang Islam, malu. Pola pikir beragama harus demokrasi,” ungkap Gus Miftah.
Sementara itu, Direktur Polindra, Rofan Aziz menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah berperan dalam rangkaian meramaikan Dies Natalis Polindra ke-15 saat ini.
“Terimakasih kepada semua pihak atas terselenggaranya Talk Show Kebangsaan ini, semoga bermanfaat untuk para pelajar dan mahasiswa,” ujarnya. Acara Talkshow ditutup dengan dialog antara Gus Miftah bersama mahasiswa terkait masalah radikalisme dan intoleransi.