JAKARTA – Orangtua dan lembaga pendidikan berperan vital melindungi mahasiswa atau pelajar dari propaganda kelompok militan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Mereka harus bersinergi menanamkan ajaran agama yang benar sehingga para mahasiswa dan pelajar memiliki dasar kuat membendung paham-paham negatif.
“Kini para mahasiswa atau pelajar itu kritis dalam segala hal termasuk moral keagamaan karena mereka selalu mencari sumber-sumber baru misalnya dari internet. Disinilah orang tua secara psikologis harus bisa memberikan spiritual basic, sementara sekolah memperdalam melalui program yang disesuaikan dengan kegiatan belajar,” kata pakar Komunikasi Politik Universitas Brawijaya Malang, Anang Sujoko, Senin (24/8/2015).
Anang mencontohkan, sekolah bisa menerapkan monitoring tim berupa kajian yang sifatnya rutin dan berkelanjutan. Dengan demikian harus ada kemauan dari sekolah menjalankan program itu, demi melindungi mahasiswa dari pengaruh paham-paham negatif termasuk propaganda ISIS.
Ia menilai, ISIS itu punya berbagai cara melebarkan pengaruh dan merekrut anggotanya. “ISIS itu mempunyai silent operation. Salah satu sarana paling mudah untuk menjangkau sasarannya di seluruh dunia melalui media berbasis internet,” tukasnya.
Anang menepis anggapan bahwa mahasiswa yang tertarik bergabung dengan ISIS karena faktor ekonomi. “Saya kira bukan karena faktor ekonomi, tapi karena faktor kekeringan spiritual. Bisa saja akibat pemahaman jihad yang salah atau lainnya,” terang Anang.
Sementara itu, Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah, Prof. Dr. Bambang Pranowo mengungkapkan fenomena kalangan mahasiswa bergabung dengan kelompok ISIS karena propaganda mereka menarik, meski prakteknya banyak terjadi penyimpangan. Di sisi lain, mahasiswa haus akan informasi dan ilmu sehingga sumber bacaan apapun bisa mereka jadikan referensi, termasuk dari internet.
“Apalagi kalau kondisi orang itu sedang gelisah, pikirannya penuh dengan kebuntuan dan melihat kondisi saat ini dirasa tidak ideal bagi dia, maka mereka sangat rentan dengan propaganda ISIS,” ujar Bambang. Salah satu pencegahan yang efektif, menurut Bambang, adalah penguatan paham Islam moderat seperti Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Disamping itu pemerintah, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) harus meneruskan program-program pencegahan paham ISIS, tidak hanya di kalangan mahasiswa, tetapi juga di seluruh lapisan masyarkat.
Seperti diketahui, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) gencar melakukan sosialisasi pencegahan paham ISIS di kalangan mahasiswa dan pelajar. Salah satunya adalah dialog cegah paham radikal ISIS di kalangan OSIS, SLTA Organisasi kemahasiswaan (BEM) dan organisasi kepemudaan (OKP) Se-Sumsel di Palembang, Sabtu (22/8/2015). Kegiatan yang sama juga akan berlanjut di Universitas Brawijaya (UB), Malang, 27 Agustus 2015.