Semarang – Perkembangan kasus terorisme menunjukkan adanya keterlibatan perempuan dan anak-anak sebagai pelaku. Sebagai upaya pencegahan, orang tua disarankan dapat mengenali teman sepermainan anak-anaknya.
Hal ini mengemuka di kegiatan Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah di Kota Semarang, Kamis (26/10/2017).
Ketua FKPT Jawa Tengah, Dr. Najahan Musyafak, dalam sambutan pembukaan mengungkap contoh kasus tertembaknya Aditya, seorang remaja berusia 19 tahun asal Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang, dalam peristiwa penembakan pos polisi di Kabupaten Tuban, Jawa Timur, pertengahan tahun 2016 lalu. Aditya adalah salah seorang pelaku yang pada akhirnya ditembak mati oleh aparat keamanan.
“Saya datangi orang tua Aditya, mereka tidak menyangka anaknya terlibat terorisme,” kata Najahan.
Pengakuan orang tua Aditya, lanjut Najahan, sehari sebelum kejadian anaknya pamit untuk pergi ke Malang, Jawa Timur, untuk alasan mengikuti sebuah seminar. Tak dinyana sebelum ke Malang dia terlebih dahulu dibaiat di wilayah Demak dan akhirnya melakukan aksi penembakan.
“Ibunya cerita, orang yang menjemput anaknya tidak sampai dua menit di rumah. Datang naik motor, turun mesin tidak dimatikan dan helm tidak dilepas. Jadi ibunya Aditya ini sama sekali tidak mengenali siapa yang menjemput anaknya,” terang Najahan.
Atas fakta tersebut, Najahan meminta orang tua harus mampu mengenali siapa dan di mana anak-anaknya bergaul. “Terutama ibu yang lebih banyak di rumah. Tanya anak-anakmu siapa saja teman bergaulnya, cari tahu di mana mereka bermain,” tandasnya.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kedeputian I BNPT, Letkol. (Sus). Drs. Sholahuddin Nasution, di kesempatan yang sama juga menyampaikan pentingnya perhatian orang tua untuk mencegah anak dan anggota keluarga lainnya terlibat dalam jaringan pelaku terorisme. Dia menekankan perkembangan kasus terorisme yang proses perekrutan dan doktrinnya memanfaatkan media sosial.
“Ibu-ibu jangan senang dulu jika anak-anaknya selama ini adalah anak rumahan. Cek media sosialnya, cek laptopnya, website apa yang dia akses dan dengan siapa mereka berteman di media sosial,” kata Sholihuddin.
Kepekaan orang tua, masih kata Sholihuddin, mengingat ancaman terorisme yang semakin nyata di tengah kehidupan bermasyarakat. “Pengakuan para doktriner, untuk menjadikan seseorang mau jadi pelaku bom bunuh diri hanya butuh waktu dua jam saja, untuk menjadikan seorang pemuda bergabung ke kelompok pelaku hanya butuh waktu tiga menit saja. Kita semua harus sama-sama waspada,” pungkasnya.
Rembuk Kebangsaan: Perempuan Pelopor Perdamaian merupakan salah satu metode yang dijalankan di kegiatan Pelibatan Pemuda dan Perempuan dalam Pencegahan Terorisme. Satu metode lainnya adalah Workshop BNPT Video Festival, sebuah upaya memberikan pembekalan kepada pelajar setingkat SMA peserta lomba video pendek BNPT agar mampu membuat video terbaik sebagai materi kontrapropaganda terhadap paham radikal terorisme. [shk/shk]