Ciputat – Terorisme menjadi ancaman besar di berbagai negara di dunia termasuk Indonesia. Orang-orang dari berbagai latar belakang bisa terpapar pikiran ekstrem dan menjadi teroris.
Banyak medium yang dipakai kelompok teroris dalam menyebarkan gagasan dan melakukan rekrutmen, di antaranya melalui media sosial.
Direktur Indonesia Center for Middle East Studies (ICMES), Dina Sulaeman mengatakan, alasan orang bergabung dengan kelompok teroris dapat dibaca salah satunya dengan teori enam anak tangga menuju terorisme yang dicetuskan psikolog Amerika Serikat.
Tangga pertama adalah orang yang melihat ketidakadilan yang terjadi di masyarakat. Menurut Dina, ini adalah hal yang baik dan anak muda mestinya memang harus peduli terhadap kondisi ketidakadilan.
Namun sekadar kepedulian saja tidak cukup, sebab harus dilanjutkan dengan pemahaman yang baik tehadap persoalan ketidakadilan yang disaksikan tersebut.
“Problemnya adalah dia salah mengidentifikasi siapa pelaku ketidakadilan tersebut,” kata Dina dalam acara diskusi Krisis Ideologi Era Milenial di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (3/11) lalu.
Ketidakmampuan memahami tersebut dikarenakan alpanya kemampuan berpikir kritis dari orang tersebut. Dia menelan mentah-mentah berbagai informasi yang diterima tanpa disaring terlebih dahulu lewat pikiran.
“Dia tidak menerima informasi tersebut dengan ktitis, sehingga seperti layang-layang putus yang ditiup angin kemana saja ikut,” kata dia.
Selain itu, alasan lainnya adalah mencari pilihan apa yang bisa dilakukan, kemarahan terhadap pelaku ketidakadilan, mencari alasan moral yang membenarkan terorisme, bergabung dengan kelompok terorisme, merendahkan manusia yang menjadi target untuk menjustifikasi aksinya.