Optimalisai Pencegahan Terorisme, BNPT Ingin Segera Pengembangan Organisasi

Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah
melakukan upaya maksimal dalam penanggulangan terorisme di Indonesia.
Namun sejauh ini, upaya-upaya itu belum optimal karena keterbasan
organisasi BNPT.

Untuk itu, Kepala BNPT Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel,
MSi, ingin segera ada pengembangan organisasi di lembaga yang ia
pimpin. Pasalnya, jumlah anggotanya tidak cukup untuk menilai atau
assessment 961 objek vital di Indonesia untuk mencegah penyusupan
teroris.

“Hanya 15 orang untuk melakukan assessment terhadap 961 objek vital
dengan sekian ribu petugas-petugas yang memiliki risiko tinggi,” kata
Rycko di Jakarta, Sabtu (9/9/2023).

Kepala BNPT mengungkapkan, salah satu objek vital yang menjadi target
assessment atau penilaian untuk mencegah penyusupan pelaku tindak
pidana terorisme adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Menurut
Rycko, tugas-tugas pegawai BUMN memiliki risiko tinggi.

“Dapat menyebabkan terjadinya kesalahan, mengakibatkan korban yang
besar, mengganggu perekonomian nasional,” ujar Rycko.

Rycko mengatakan struktur organisasi BNPT sejatinya sudah ideal dengan
15 orang itu. Namun, jumlahnya perlu diperbanyak agar proses
assessment maksimal.

“Oleh karena itu kami sedang mengusulkan ini, mengusulkan pengembangan
organisasi BNPT sesuai dengan amanat undang-undang yang baru Nomor 5
Tahun 2018 (tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme),” ungkap
Rycko.

Rycko mengatakan BNPT tengah melanjutkan peningkatan assessment di
BUMN. Perusahaan pelat merah ini menjadi sarang penyusupan teroris.
Banyak pegawai BUMN ditangkap kasus terorisme. Rycko pun mengakui
masih ada jaringan radikal di BUMN.

“Nah asesmen dari BNPT itu nanti melihat yang pertama kategorinya
toleran, yang kedua adalah intoleran yang pasif, intoleran aktif nah
kemudian terpapar. Kita akan buat kategori seperti itu. Setelah itu
kami melihat apakah mereka terafiliasi dalam satu jaringan terorisme,”
jelas Rycko.

Orang-orang yang terpapar nantinya akan dibina oleh BNPT. Mereka akan
diikutsertakan dalam program deradikalisasi.

Sebelumnya, seorang karyawan PT Kereta Api Indonesia (KAI) berinisial
DE, 28, ditangkap kasus tindak pidana terorisme pada Senin siang, 14
Agustus 2023 di Jalan Raya Bulak Sentul, Harapan Jaya, Kota Bekasi,
Jawa Barat. Total ada 16 senjata api disita, baik pabrikan maupun
rakitan.

Senjata itu modifikasi dari air gun menjadi senjata api penuh.
Rata-rata senjata itu telah dilabeli ISIS oleh DE. Karyawan BUMN ini
terafiliasi dengan kelompok ISIS.

DE bergabung dengan kelompok radikal sejak 2010. Berawal dari masuk
menjadi jemaah Mujahidin Indonesia Barat (MIB) di Bandung, Jawa Barat
dengan pemimpin berinisial WM, telah ditangkap.

Setelah WM ditangkap, jemaah bubar dan DE berselancar bebas
melanjutkan propaganda terorisme di media sosial. Kemudian, DE
menyatakan baiat kepada Amir ISIS pada 2014. Lalu bergabung menjadi
karyawan PT KAI pada 2016.