Paris – Seluruh mata di dunia kita tengah fokus menatap Kota Paris,
Prancis, tempat berlangsungnya Olimpiade 2024 di Paris. Namun di
hingar bingar pertandingan, ancaman terorisme terus mengancam. Tak
salah bila pihak keamanan menetapkan siaga tinggi. Puluhan ribu
tentara bersenjata berpatroli di sepanjang Sungai Seine. Tak hanya di
Paris, Uni Eropa juga menerapkan kewaspadaan tinggi.
“Dari semua acara yang ada, Olimpiade adalah yang paling memiliki
tekanan,” kata seorang eksekutif Komite Olimpiade Internasional
Christophe Dubi.
Menurut laporan media Prancis, sekitar 35.000 petugas kepolisian dan
polisi militer dikerahkan setiap hari untuk mengawal penyelenggaraan
Olimpiade. Jumlah itu ditingkatkan menjadi 45.000 pada upacara
pembukaan, bersama dengan 18.000 tentara.
Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin mengumumkan bahwa satu
juta investigasi administratif akan dilakukan terhadap
individu-individu yang berhubungan dengan Olimpiade, termasuk karyawan
perusahaan keamanan dan sukarelawan.
Petugas keamanan berada di di pertandingan rugby putra antara Prancis
dan Amerika Serikat di Olimpiade Paris 2024 di paris, Prancis, pada 24
Juli 2024. (ANTARA/Xinhua/Xu Chang).
Ancaman tidak hanya terjadi di Paris, dengan banyaknya wilayah di
Eropa yang juga bersiap untuk menghadapi potensi serangan teroris
selama ajang olahraga terbesar di dunia tersebut. Ancaman itu dianggap
sangat tinggi menyusul serangan mematikan di sebuah gedung konser di
Moskow pada akhir Maret lalu, yang disebut insiden teroris terburuk di
Rusiam yang menewaskan 145 orang dan melukai lebih dari 500 orang.
Kelompok teroris ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan di
Moskow. Sementara itu, Islamic State Khorasan Province (ISIS-K),
sebuah cabang regional ISIS di Afghanistan, menyerukan kekerasan lebih
lanjut di Rusia dan Eropa, dengan penekanan pada acara-acara olahraga.
Sebuah laporan 2023 dari Dinas Keamanan Negara Belgia memperingatkan
bahwa Olimpiade dapat menjadi target potensial untuk serangan teroris.
Oleh karena itu, badan-badan intelijen dari beberapa negara Eropa
mengirim liaison officer (naradamping) ke Paris.
Pada Kamis (25/7), Darmanin mengatakan Prancis telah menerima bala
bantuan sebanyak 1.750 petugas polisi, polisi militer, dan petugas
keamanan sipil dari 44 negara guna mendukung pasukan keamanan internal
Prancis.
Di Belgia, tiga dari tujuh orang yang ditangkap pada Kamis dalam
operasi antiteroris pada Jumat didakwa dengan tuduhan berpartisipasi
dalam kegiatan kelompok teroris dan mempersiapkan serangan teroris,
menurut jaksa federal. Kantor berita Prancis, AFP, mengatakan bahwa
mereka dicurigai terlibat dengan ISIS-K.
Dengan alasan meningkatnya risiko keamanan, pemerintah Belanda
menaikkan tingkat peringatan perjalanan untuk Prancis dari hijau
menjadi kuning. Pemerintah Belanda menyerukan kewaspadaan yang lebih
tinggi bagi warga negara Belanda, terutama mereka yang menghadiri
ajang Olimpiade.
Sejak Juni, Belanda meningkatkan level ancaman terorisme menjadi empat
dari lima, yang mengindikasikan kemungkinan besar terjadinya serangan
teror.
Menurut survei Eurobarometer terbaru yang diterbitkan pada Jumat,
hampir dua pertiga warga Uni Eropa (UE) merasa khawatir tentang
keamanan di blok tersebut.
Sekitar 47 persen warga UE yang disurvei mengatakan bahwa mereka
“cukup khawatir” tentang keamanan blok tersebut selama lima tahun ke
depan, sementara 17 persen lainnya mengatakan “sangat khawatir”.
Sepanjang sejarahnya, Olimpiade telah beberapa kali menjadi sasaran
terorisme. Pada Olimpiade Munich 1972, kelompok teroris Palestina
menewaskan 11 atlet dan pelatih Israel setelah menyandera mereka di
Kampung Olimpiade. Pada Olimpiade Atlanta 1996, ledakan bom pipa
menewaskan satu orang dan melukai lebih dari 100 orang lainnya.