Jakarta-Tidak ada perjuangan tanpa hambatan dan tantangan, apalagi dalam perjuangan membentuk sebuah negara seperti Indonesia. Sejak berdiri 17 Agustus 1945, Indonesia telah banyak menghadapi cobaan dan tantangan, tapi semua itu bisa dipadamkan karena seluruh bangsa Indonesia bersatu.
Demikian diungkapkan oleh Direktur Indonesian Institute For Society Empowerment (INSEP Prof. Dr. KH. Ahmad Syafi’i Mufid di depan peserta “Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI” yang menghadirkan para mantan napi terorisme dengan korban terorisme (penyintas) di Hotel Borobudur (27/02/2018). Menurutnya, proses perjuangan mendirikan negara ini merupakan impian dari seluruh komponen bangsa.
“Negara Indonesia sebelum 17 Agustus 1945 Indonesia belum ada, karena belum merdeka, 28 Oktober bangsa Indonesia belum ada karena bangsa ini belum bersatu. Jadi, bangsa ini adalah bangsa yang dicita-citakan, yang diimpikan dan diproses serta diupayakan oleh seluruh warga Hindia Belanda (sebutan bangsa sebelum Indonesia merdeka) pada saat itu” jelas Mufid.
Setelah bangkit dengan menyadari pentingnya sebuah bangsa, beberapa sandungan dan cobaan masih muncul seperti peristiwa Pelayaran Hongi, Perang Padri, Tanam Paksa dan masih banyak lain. Namun, karena persatuan rakyat Indonesia ini sudah kuat, bangsa Indonesia dapat menyelesaikan berbagai persoalan tersebut.
Lebih lanjut, Mufid menerangkan kekuatan bangsa Indonesia terletak pada keberagaman dalam persatuan. Keberagaman etnis bangsa Indonesia dari bagian timur hingga bagian barat merupakan cikal bakal bangsa. Dilihat dari sudut agama, banyak agama yang dianut oleh bangsa Indonesia. Justru dengan adanya keragaman ini justru menjadi modal untuk menguatkan persatuan.
“Jadi itu kenapa bangsa Indonesia terdahulu mengikrarkan Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa. Modal bahasa yaitu banyaknya bahasa Indonesia dan sampai akhirnya dipilihnya satu bahasa yaitu bahasa melayu. Modal dasar bersatu yaitu sama-sama ingin bebas dari negara yang terjajah” tandas Mufid.
Karena itulah, generasi saat ini penting untuk menyadari proses terbentuknya negara ini. Pasalnya, menurut Mufid, hingga saat ini masih banyak yang belum memahami hakekat dasar dan ideologi bangsa ini dengan baik. Masih ada elemen bangsa yang beranggapan negara ini berdasarkan agama tertentu.
“Indonesia bukan negara dengan dasar agama tertentu, tetapi berdasarkan Pancasila yang merupakan filosofi negara yang terbentuk dari agama yang ada di Indonesia terdahulu,” imbuh Syafi’i.
Saat ini, tantangan yang dihadapi bangsa ini masih menumpuk. Salah satunya radikalisme dan terorisme yang masih menjadi hantu pemecah belah bangsa. Karena itulah, ia berpesan kepada seluruh peserta untuk merawat persatuan.
“Jangan sampai orang-orang yang ingin kekuasaan yang tidak baik membuat negara kita menjadi terpecah belah. Kita harus menjadi kuat dan kokoh dengan bersatu,”pungkasnya.