Negara-Negara Arab Jalin Persatuan Untuk Lawan Terorisme

Negara-Negara Arab Jalin Persatuan Untuk Lawan Terorisme

Dhahran – Pemimpin negara-negara Arab berkumpul untuk menjalin persatuan Arab melawan terorisme dan menghadapi ambisi tindakan ekspansi Iran di wilayah Arab. Pertemuan itu untuk memperbarui kecaman negara-negara Arab terhadap tindakan terorisme yang dilakukan Iran di kawasan Arab juga menolak campur tangan urusan negara-negara Arab.

Tidak hanya itu, mereka juga menekankan pentingnya dukungan terhadap rakyat Palestina yang berjuang memiliki wilayah independen di Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Dukungan itu sekaligus menjawab langkah Amerika Serikat yang memindahkan kedutaannya ke sana. Mereka menilai tindakan AS itu tidak sah.

Dikutip dari Arab News, Senin (16/4/2018), dalam pidato pembukaan Pertemuan Puncak Liga Arab, Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz mengatakan, terorisme merupakan salah satu tantangan serius yang dihadapi dunia.

“Terorisme telah bersekutu dengan ekstremis dan sektarian untuk menciptakan konflik internal yang memengaruhi banyak negara Arab,” katanya.

“Kami akan memperbarui kecaman terhadap tindakan terorisme Iran di wilayah Arab,” tambahnya.

Komentar Raja Salman dilontarkan sehari setelah sekutu Amerika Serikat melancarkan serangan ke Suriah, di mana pasukan pemerintah diduga menggunakan senjata kimia terhadap wilayah pemberontak.

Sebanyak 17 kepala negara seluruh kawasan Arab, tidak termasuk presiden Syria Bashar Al Assad, berkumpul 24 jam usai serangan AS, Prancis, dan Inggris di Syria.

Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi menegaskan dukungannya terhadap Raja Salman dalam menekankan perdamaian di Arab. Dalam menanggapi krisis Yaman, Sisi menyatakan Mesir berkomitmen untuk mencapai kesepakatan politik di Yaman. Namun, dia menekankan pihaknya tidak menoleransi serangan dari kelompok pemberontak di Yaman ke Arab Saudi.

Sementara, Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyerukan adopsi dan dukungan terhadap rencana perdamaian yang dia ajukan pada Februari lalu di Dewan Keamanan PBB, yang juga diinisiasi oleh Arab.

Untuk mendukung Palestina, Raja Salman memberikan dana hibah sebesar 150 juta dollar AS atau sekitar Rp 2 triliun. Pemberian dana tersebut dimaksudkan untuk membantu biaya pemeliharaan situs warisan Islam di Yerusalem Timur.

Pengumuman seputar pendanaan tersebut sekaligus sebagai kritikan terhadap pengakuan Trump terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan pemindahan kedutaan besarnya dari Tel Aviv.

Tak hanya memberi dana hibah untuk Palestina, Kerajaan Saudi juga mengumumkan pemberian sumbangan kepada Badan Urusan Pengungsi Palestina PBB (UNRWA) sebesar 50 juta dollar AS atau sekitar Rp 688 miliar.