Jakarta – Negara-negara barat dan Amerika Serikat (AS) tak ada yang mendukung Turki berperang melawan terorisme. Terutama perang Turki melawan organisasi teroris Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan Fethullahist Terror Organization (FETO).
“Tidak ada satu pun negara barat yang melakukan peperangan dengan PKK dan FETO. Termasuk juga AS yang biasanya gencar berupaya menghancurkan aksi terorisme,” kata Direktur Riset Hubungan Internasional Seta Foundation, Muhittin Ataman, dalam diskusi bertajuk ‘Fenomena Isu Terorisme dan Strategi Turki melawan Terorisme’ yang digelar Program Studi Kajian Terorisme, Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) Universitas Indonesia Salemba, Kamis (25/10).
Menurut Ataman, kebijakan Amerika Serikat yang menggolongkan PKK sebagai terorisme berbanding terbalik dengan pandangannya terhadap kelompok milisi Kurdi (YPG) yang tak diakui sebagai kelompok teroris. Bahkan, lanjut Ataman, AS sampai menggelontorkan dana 200 juta dolar AS untuk membantu kelompok teroris YPG.
“Ini kan, sangat aneh. Padahal jelas-jelas YPG adalah bagian dari PKK,” ujarnya.
AS, lanjut Ataman, bukanlah satu-satunya negara yang mendukung kelompok PKK. Selain AS, Iran dan Uni Eropa juga mendukung aktivitas PKK.
Ataman menjelaskan, saat ini Turki adalah negara yang paling merasakan dampak dari serangan terorisme. Selama empat dekade, lebih dari 40.000 orang telah kehilangan nyawa di Turki akibat serangan PKK.
Selain PKK, kelompok Islamic State (ISIS) juga menargetkan sejumlah kota di Turki untuk melancarkan aksi terorisme.
Untuk memerangi seluruh kelompok teroris tersebut, kata Ataman, Turki secara aktif terus berpartisipasi dalam usaha-usaha PBB dalam melawan terorisme. Bahkan Turki juga memberikan daerahnya sebagai pangkalan militer negara-negara asing untuk melawan ISIS.
“Dalam konteks melawan terorisme, Turki sudah memainkan peran besar dalam koalisi global,” ucap Ataman.