Natal Jadi Momentum Lapas Ambon Jadikan “Orang Basudara” sebagai Fondasi Moderasi Beragama bagi Warga Binaan

Ambon – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Ambon memaknai Natal 2025 sebagai kesempatan untuk meneguhkan kembali budaya damai dan toleransi di lingkungan pemasyarakatan. Tidak sekadar perayaan keagamaan, Natal menjadi ruang refleksi dan rekonsiliasi bagi warga binaan pemasyarakatan (WBP) melalui pembinaan moderasi beragama yang telah dijalankan secara sistematis sepanjang tahun.

Kepala Lapas Kelas IIA Ambon, Hendra Budiman, mengatakan bahwa moderasi beragama bukan hanya program, tetapi menjadi “nafas kehidupan” di dalam lapas.

“Perayaan Natal tahun ini menunjukkan bahwa komitmen moderasi beragama di Lapas Ambon sangat nyata. Harmonisasi antaragama kami utamakan dalam setiap pembinaan,” ujarnya dalam Perayaan Natal 2025 di Ambon, Selasa (9/12/2025).

Lapas Ambon selama ini menerapkan berbagai bentuk pembinaan lintas iman. Program tersebut mencakup ibadah rutin sesuai agama dan kepercayaan masing-masing, dialog kerukunan, kelas pembelajaran kitab suci, pendampingan konseling rohani, serta pelatihan budaya toleransi berbasis kearifan lokal orang basudara.

Melalui dialog kerukunan, WBP dari beragam latar belakang diberi ruang untuk membahas nilai-nilai kemanusiaan universal dan belajar menyelesaikan konflik secara damai. Kelas kitab suci menghadirkan pembimbing tiap agama, sementara konseling rohani menjadi pendampingan personal untuk mendorong transformasi perilaku.

Hendra menegaskan bahwa harmonisasi antarumat beragama di dalam Lapas Ambon berlangsung kondusif karena menjadi fondasi penting dalam pembinaan mental, pembentukan karakter, hingga kesiapan kembali ke masyarakat.

Dalam pelaksanaannya, Lapas Ambon menggandeng berbagai komunitas dan lembaga keagamaan, termasuk Kanwil Kementerian Agama, Gereja Protestan Maluku, paroki Katolik, pemerintah daerah, dan tokoh lintas agama. Kolaborasi ini memastikan setiap WBP mendapat pembinaan sesuai keyakinan masing-masing, sambil mendorong tumbuhnya toleransi yang bersumber dari kesadaran internal warga binaan itu sendiri.

Hendra mengajak seluruh warga binaan menjadikan Natal sebagai momentum memperkuat tekad untuk hidup berdampingan secara damai.

“Momentum Natal ini kami harapkan menghadirkan energi positif tentang moderasi beragama yang tercermin dalam kehidupan orang basudara—saling menopang dan menghargai keberagaman,” ujarnya.

Melalui pendekatan berbasis budaya lokal dan pendampingan lintas agama, Lapas Ambon berupaya memastikan bahwa proses pembinaan tidak hanya membentuk perilaku yang lebih baik, tetapi juga menanamkan nilai kemanusiaan dan persaudaraan yang menjadi ciri khas masyarakat Maluku.