Natal di Rutan Masohi: Perbedaan Suku, Agama, dan Budaya Bukan Penghalang Hidup Damai

Natal di Rutan Masohi: Perbedaan Suku, Agama, dan Budaya Bukan Penghalang Hidup Damai

Masohi — Perayaan Natal di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Masohi tahun ini tak sekadar menjadi agenda keagamaan, tetapi juga ruang perjumpaan kemanusiaan lintas iman. Bertempat di Aula Rutan Masohi, Selasa (16/12), petugas dan warga binaan dari berbagai latar belakang berkumpul dalam suasana hangat dengan semangat damai dan kebersamaan.

Mengusung tema “Natal Kristus Menghadirkan Damai Sejahtera bagi Semua”, kegiatan ini menegaskan komitmen Rutan Masohi dalam menanamkan nilai toleransi, persaudaraan, dan saling menghargai di balik tembok pemasyarakatan.

Kepala Rutan Masohi, Idris Kilkoda, menyampaikan bahwa Natal menjadi momentum refleksi untuk memperkuat nilai kasih yang bersifat universal. Menurutnya, kehidupan yang harmonis hanya dapat terwujud jika setiap individu mampu melihat sesama sebagai saudara, tanpa sekat perbedaan.

“Kasih adalah fondasi hidup bersama. Di sini, kami terus membangun kesadaran bahwa perbedaan suku, agama, dan budaya bukan penghalang untuk hidup damai,” ujar Idris.

Rangkaian acara diawali dengan ibadah Natal yang dipimpin Ketua Majelis Jemaat Gereja Protestan Maluku Letwaru, Pendeta Petrus Tauran. Dalam pesan rohaninya, ia mengajak seluruh peserta memaknai Natal sebagai kehadiran kasih yang memulihkan dan menyatukan.

“Natal menghadirkan damai sejahtera yang melampaui batas golongan. Di dalam kasih Kristus, perbedaan tidak dipertentangkan, tetapi dipersatukan,” tuturnya.

Nuansa kebersamaan semakin terasa ketika warga binaan beragama Islam turut ambil bagian melalui persembahan pujian. Momen ini menjadi gambaran nyata praktik toleransi yang hidup dan tumbuh di lingkungan Rutan Masohi.

Sebagai penutup, Rutan Masohi menyerahkan bingkisan Natal kepada warga binaan, baik Muslim maupun Kristen. Langkah ini menjadi simbol kepedulian dan kebersamaan, sekaligus pesan bahwa perhatian dan kasih dapat dirasakan semua orang tanpa kecuali. Melalui perayaan ini, Rutan Masohi berharap nilai damai sejahtera dan toleransi tidak berhenti pada seremoni, tetapi terus menjadi budaya dalam kehidupan sehari-hari warga binaan dan petugas, menuju proses pembinaan yang lebih humanis dan berkeadilan.