Cirebon – Hadir dalam dialog pencegahan paham radikal-terorisme yang digelar BNPT hari ini, Selasa (03/05/16), mantan pentolan kelompok teroris, Nassir Abbas mengungkapkan bahwa kelompok teroris yang ada saat ini memahami dan mengamalkan ajaran agama secara salah. “Kelompok teroris sangat keliru karena menjadikan saudara-saudaranya sesama muslim sebagai orang kafir yang halal darahnya,” ungkapnya.
Abbas yang mengaku telah direkrut sejak usia 18 tahun di kampung halamannya di Malaysia itu menuturkan bahwa kelompok teroris sangat berhasrat untuk mendirikan negara Islam, mereka bahkan mengajarkan kepada kelompoknya hukum memerangi NKRI adalah fardu ain atau wajib untuk setiap orang muslim, baik yang ada di Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina ataupun Australia.
“Semua umat Islam memiliki kewajiban untuk mengembalikan NII di Indonesia. Karena itu semua generasi muda harus ke afghanistan untuk mengikuti latihan militer dengan berbagai jenis latihan yang nantinya akan digunakan melawan thogut di Indonesia,” jelasnya.
Pria yang direkrut langsung oleh Abu Bakar Ba’asyir, Nurdin M Top, dan Hambali ini menyatakan bahwa kelompok teroris telah lama menjadikan pulau Jawa sebagai sasaran utama serangan aksi teror. Hal ini lantaran kawasan ini dianggap sebagai pusat administrasi NKRI, sehingga keberadaannya harus dihancurkan. “Karena itu dalam beberapa dekade hampir semua aksi teroris terjadi di wilayah Jawa,” lanjutnya.
Terkait upaya penanggulangan terorisme yang dilakukan pemerintah, ia mengatakan bahwa pemerintah cukup obyektif dalam melakukan setiap upaya penanggulangan, termasuk penahanan terhadap tersangka terorisme.
Ketika menyinggung perihal Siyono, Abbas mengatakan bahwa Siyono adalah adalah anggota JI yang masuk ke Muhammadiyah sebagai tempat persembunyian, namun pada hakekatnya ia adalah anggota JI. Karenanya ia yakin bahwa Siyono ditangkap polisi lantaran polisi telah memiliki bukti-bukti yang kuat.
Diakhir paparannya ia mengingatkan kepada semua santri agar waspada terhadap kelompok radikal, karena sasaran utamanya adalah anak-anak yang masih berumur belasan tahun. Jangan sampai para santri bernasib sama seperti dirinya, direkrut kelompok teroris sejak usia muda.