Yogyakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Direktorat Pencegahan, Subdit Kontra Propaganda, terus menggalang sinergi dengan generasi muda dalam menggaungkan narasi perdamaian di dunia maya. Itu dilakukan karena dunia maya dengan media sosial (medsos), menjadi telah ‘gaduh’ dengan berbagai propaganda negatif yang ingin memecah belah keutuhan NKRI, terutama dari kelompok radikal terorisme.
“Terorisme itu ibarat perahu bocor. Densus Anti Teror Polri bertugas untuk menguras bocoran itu, sedangkan BNPT bertugas menutup kebocoran. Untuk menutup itu, BNPT tidak bisa sendirian, tapi butuh keterlibatan masyarakat. Untuk itulah adik-adik duta damai dunia maya ini diajak untuk menyebarkan dan menggaungkan narasi perdamaian untuk menanggulangi terorisme dari sektor hulu,” papar Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Pol. Ir. Hamli, ME, saat menutup Workshop Bidang Penulisan, Desain Komunikasi Visual (DKV), Teknologi Informasi (TI), Dalam Rangka Pencegahan Terorisme di Dunia Maya di Yogyakarta, Kamis (25/10/2018).
Hamli menjelaskan bahwa BNPT yang dibentuk pada 2010 lahir setelah pemerintah menganalisa secara mendalam penanganan kasus terorisme berupa rentetetan kasus bom sejak tahun 2000. Penangkapan telah dilakukan sepanjang 2003 sampai 2010 dan diketahui para pelaku terorisme itu dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) yang saat itu dipimpin Abdullah Sungkar yang kemudian dilanjutkan Abubakar Baasyir.
Namun upaya penindakan oleh Densus 88 itu ternyata tidak mengendurkan faham negatif tersebut. Alhasil, BNPT dibentuk dimana cikal bakalnya adalah Desk Anti Teror Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam). Menurut Brigjen Hamli, tugas BNPT bukan melakukan penindakan seperti Densus 88, tetapi melakukan pencegahan terorisme mulai dari hulu sampai hilir yaitu dengan pencegahan dan deradikalisasi.
“Fokus BNPT pencegahan. Salah satunya dengan kegiatan duta damai dunia maya ini, dimana para generasi muda diajak dan diajari untuk melakukan kontra narasi melawan propaganda radikal terorisme di dunia maya,” imbuh Hamli.
Selain duta damai dunia maya yang berada dibawah Subdit KP, Hamli mengungkapkan, juga ada kegiatan pelibatan masyarakat dalam pencegahan terorisme yang dikelola Subdit Pemberdayaan Masyarakat melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di 32 Provinsi.
Ia melanjutkan, BNPT juga bertugas mengkoordinasikan kementerian dan lembaga dalam penanggulangan terorisme. Sejauh ini sudah 36 kementerian dan lembaga yang telah dikoordinasikan. Pasalnya masalah terorisme ini tidak hanya ideologi saja, tetapi multi faktor ada masalah agama (ideologi), ekonomi, dan pendidikan.
Selain itu, kata Brigjen Hamli, penyebab lainnya adalah ketidakadilan, baik global maupun internasional, juga solidaritas komunal yang negatif. Contohnya karena ada konflik di Timur Tengah, karena tidak bisa melakukan solidaritas di sana, mereka membalas dengan melakukan aksi di Indonesia. Juga kejadian bom Kedubes Filipina dulu yang dipicu penyerangan tentara Filipina terhadap kelompok Abu Sayyaf. Karena kelompok tersebut tidak bisa melakukan solidaritas ke Filipina, mereka malah mengebom Kedubes Filipina.
Begitu juga konflik Palestina-Israel. Osama bin Laden memerintahkan pengikutnya menyerang berbagai hal tentang Amerika yang dituding sebagai pendukung utama Israel. Pun karena tidak bisa menyerang langsung, Hambali, mewakili Osama, memerintahkan pengikut JI di Indonesia melakukan aksi bom Bali.
“Fakta-fakta itulah yang harus diketahui para duta damai dunia maya agar bisa membangun narasi perdamaian sesuai dengan dinamika yang terjadi di dunia nyata. Ini harus kita lakukan karena narasi perdamaian itu sangat penting untuk melawan intoleransi yang bisa melahirkan radikalisme dan radikalisme yang akan berujung pada terorisme. Inilah yang harus dicegah,” urai Brigjen Hamli.
Atas nama pimpinan BNPT, Brigjen Hamli mengucapkan terimakasih kepada peserta workshop yang mau berkorban dan bersedia membantu menyebarkan narasi perdamaian, baik berupa tulisan, meme, foto, video, dan lain-lain. Apalagi akhir-akhir ini kondisi bangsa memang cukup memprihatinkan dengan berbagai dinamika yang terjadi seiring pelaksanaan kampanye Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Bahkan berbagai kearifan lokal yang ada di Indonesia juga sudah mulai ‘digoyang’ oleh kelompok-kelompok yang ingin mengganti Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Padahal kearifan lokal selama ini menjadi perekat persatuan dan kesatuan NKRI.
“Kita harus merawat Indonesia secara bersama. Ini akan menjadi amal jariyah kita bersama,” pungkas Brigjen Hamli.