Musyawarah Mufakat Merupakan Pengambilan Keputusan dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Jakarta – Pendekatan musyawarah dan mufakat menjadi sistem dalam budaya Pancasila untuk menyelesaikan perbedaan pendapat pada pengambilan keputusan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Musyawarah dan mufakat ini perlu dijalankan oleh semua komponen bangsa, sehingga keputusan yang diambil dapat diterima oleh semua kalangan dan berdampak positif.

Hal ini diungkapkan dalam dialog yang digelar Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (Setjen MPR RI) yakni, MPR Rumah Kebangsaan dengan mengambil tema Budaya Pancasila. Acara yang menghadirkan Sekjen MPR RI, Ma’ruf Cahyono dan Prof. Dr. Muhammad Jafar Hafsah, anggota Lembaga Pengkajian MPR RI sebagai narasumber ini digelar di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Rabu (11/10/2017).

Dalam rilis yang diterima redaksi damailahindonesiaku.com, Ma’ruf Cahyono mengatakan, dalam mengembalikan budaya Pancasila dan menjalankan nilai-nilai Pancasila, terdapat tiga dimensi yang dikenal yakni, “Kita Pancasila” dan dalam dimensi lain, sangat fleksibel dalam perkembangan apapun termasuk teknologi informasi yang dihadapi oleh anak muda saat ini. Dalam dimensi idealisme, pandangan hidup hingga internasional itu semua sudah diakomodir dalam Pancasila.

“Pancasila merupakan ideologi terbuka karena pembentukan dan kristalisasi nilainya terbuka untuk pemikiran semua golongan,” katanya.

Mengenai musyawarah mufakat mengambil keputusan dalam suara terbanyak itu, sudah dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, yang dilakukan dalam keluarga antara suami, istri, kakak dan adik. ” Ini potret dalam sila keempat. Masih ada dan hidup di negara kita, ” kata Ma’ruf melanjutkan.

Kalau dalam mengambil kebijakan dalam tataran kelembagaan negara maka diambil keputusan lewat voting. Ma’ruf mengatakan, kenapa Pancasila menjadi ideologi terbuka, karena pada pembentukan Pancasila, kristalisasi dari nilai-nilainya itu dimasukkan menjadi pembentukan lima sila yang secara terbuka untuk kepentingan golongan dan kelompok. Ini membuka ruang untuk siapapun berdiskusi, saling memberi dan menerima.

Bagaimana Pancasila menjadi perisai atau benteng dalam kehidupan, menurut Ma’ruf karena Pancasila memiliki sistem nilai yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat, dan memiliki peran penting, sebagai alat pemersatu, dan alat ketahanan negara.

“Ini menjadi alat dalam sistem nilai pada diri kita, dan penting bagi generasi muda, dengan derasnya arus informasi maka harus memiliki alat ketahanan yang kuat, dan harus menjadikan ideologi Pancasila sebagai benteng,” ujarnya.

Menurut Ma’ruf, dampak dari teknologi informasi bisa diterjemahkan dengan baik dan menjadi respon positif sehingga jadi peluang, dan penting melakukan internalisasi nilai ini bagi generasi muda, di tengah dampak media sosial yang luar biasa, informasi tidak beraturan dan menjadi kontra produktif bagi generasi muda.

Untuk itu dirimnya menyampaikan bahwa salah satu cara merawat nilai-nilai dalam Pancasila adalah dengan melalui sosialisasi secara terus menerus agar menjadi pengetahuan, pemahaman, dan implementasi pada pelaksanaan nilai tersebut, sehingga bisa dipahami oleh semua kalangan.

“Sosialisasi merupakan tanggung jawab semua komponen bangsa. MPR punya tugas khusus seperti diamanatkan oleh UU No, 17 tahun 2014 pasal 5 yang secara eksplisit mengatakan MPR harus memasyarakatkan TAP MPR, yakni, Pancasila, UU NRI 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. ,” kata Ma’ruf.

Sementara itu Muhammad Jafar Hafsah mengatakan dalam budaya Pancasila, kebersamaan antarmasyarakat untuk mewujudkan negara kesatuan merupakan sebuah kekuatan. Ia mengatakan Pancasila yang dilahirkan oleh para pendiri bangsa merupakan kristalisasi dari budaya dan juga pandangan internasional.

“Komponennya ada idealisme, kecerdasan, kejujuran, kebenaran, ketuhanan dan teknologi,” katanya.

Dalam menyoroti tentang musyawarah mufakat dan voting, dirinya menilai banyak yang melihat istilah voting dari sisi tataran formal. ” Voting adalah sebuah jalan untuk mencapai musyawarah, karena keterbatasan waktu,” kata Jafar.

Untuk itu Maruf maupun Jafar sepakat bahwa Pancasila bila diamalkan dalam kehidupan sehari-hari akan membawa banyak kebaikan bagi semua orang.