Jakarta – Para pemuka agama di seluruh Indonesia akan berkumpul mengikuti Musyawarah Besar (Mubes) Pemuka Agama Untuk Kerukunan Bangsa akan digelar di Jakarta, 9-10 Februari 2018. Atusan Khusus Presiden Untuk Dialog dan Kerja Sama antar Agama dan Peradaban (UKP-DKAAP) Prof Din Syamsuddin berharap melalui musyawarah besar para pemuka agama dan umat beragama ini, bisa memperkuat kerukunan antar umat di Indonesia.
“Kerukunan umat beragama di Tanah Air sesungguhnya sudah relatif baik. Hal ini karena disebabkan oleh dua faktor, yaitu pertama karena agama-agama di Indonesia secara sejati mengajarkan kerukunan dan perdamaian. Kedua, karena Indonesia memiliki kesepakatan dasar seperti Pancasila maupun Bhinneka Tunggal Ika. Walaupun demikian kita tidak menutup mata ada ada ketegangan bahkan konfilk antar umat beragama bahkan dalam satu agama atau intra agama,” ucap Mantan Ketum PP Muhammadiyah saat konferensi pers di Gedung Oase Kabinet Kerja, Jakarta Pusat, Kamis (11/1).
Hadir pada cara itu anggota panitia pengarah dari Musyawarah Besar Pemuka Agama yang terdiri dari presidum Inter-Religious Council (IRC) Indonesia atau dewan agama-agama di Indonesia. Di antaranya dari Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Gomar Gultom, Ketua Umum Matakin, Uung Sendana.
Selain itu, hadir juga tokoh agama Budha dari Walubi, Philips Wijaya, Pastor Agustinus Ulahayanan dari KWI, dan juga tokoh agama Hindu dari Parisada, Nyoman Udayana. Musyawarah Besar ini juga melibatkan tokoh dari MUI, Muhammadiyah, dan NU.
Menurut Din, munculnya konflik antar umat beragama selama ini disebabkan karena ada kesalahpahaman terhadap agama itu sendiri. Karena, sebagian umat tidak menangkap misi suci pesan utama agama yang mendorong perdamaian dan kerukunan. Umat masih ada yang memiliki pemahaman sempit terhadap kitab sucinya.
“Tapi juga ada faktor lain yang menyebabkan, yang menganggu kerukunan itu yaitu faktor-faktor non agama, baik sosial, ekonomi, politik. Apalagi di dalamnya ada kesenjangan, ditambah faktor-faktor luar negeri yang juga menganggu,” kata Mantan Ketum MUI ini.
Karena itu, menurut dia, para pemuka agama tidak akan menutup mata terhadap adanya realitas yang menganggu kerukunan dan adanya gejala intoleransi, radikalisme, ekstrimiame, serta bentuk kekerasan yang juga sering mengatasnamakan agama di Indonesia.
“Karena itu kita sepakat perlu ada pertemuan bersama antar pemuka agama untuk menjaga moralitas yang besar tadi dan bagaimana kita mengatasi faktor-faktor yang membawa ketidakrukunan,” ujarnya.
Namun, Din menegaskan bahwa kegiatan tersebut tidak ada kaitannya dengan datangnya tahun politik. Begitu juga yang disampaikan para pemuka agama lain.