Moderasi Beragama Perlu Diimplementasikan di Setiap Negara

Bandung – Ide moderasi beragama yang digaungkan Kementerian Agama RI
perlu diimplementasikan di setiap negara. Hal ini karena masih banyak
orang yang belum mengerti tentang konsep moderasi beragama.

“Kita perlu mengimplememtasikan ide moderasi beragama di konferensi
ini, karena itu penting bagi semua negara. Kebanyakan orang memang
tidak mengerti dari tujuan dari ide itu untuk di kehidupan kita
sehari-hari,” ujar Tokoh Buddha asal Thailand, Biksu Ven. Napan
Santibhaddo dikutip dari Republika.co.id, Kamis (21/12/2023).

Dia mengajak kepada semua pihak untuk memiliki cara pandang yang sama
tentang moderasi beragama. Karena, konflik yang terjadi di berbagai
belahan dunia sekarang ini juga berdampak pada kehidupan umat beragama
di setiap negara, termasuk di Thailand sendiri.

“Seperti konflik di Israel-Palestina itu juga ada efeknya di Thailand,
memunculkan sentimen keagaman dan memunculkan ujaran kebencian,” ucap
dia.

Moderasi beragama adalah konsep yang menekankan pada sikap saling
menghormati dan toleransi di antara kelompok agama yang berbeda. Hal
ini menjadi pembahasan utama dalam Konferensi Moderasi Beragama Asia
Afrika di Bandung.

Konsep memecahkan konflik global dengan menggunakan agama sebagai
solusi, saat ini tengah digodok bersama. Namun, apakah hal itu bisa
masuk dan diimplementasikan di setiap negara, ini yang sedang
diupayakan.

“Jadi kita perlu masuknya melalui banyak aspek, baik edukasi lewat
media atau sosial media. Memang tidak mudah hanya satu orang untuk
yang bekerja mempromosikan moderasi beragama dan menciptakan
kedamaian,” kata Biksu Santibhaddo.

Pernyataan itu diungkapkan Bhiksu pada Konferensi Moderasi Beragama
Asia-Afrika dan Amerika Latin (KMBAAA) di Gedung Merdeka, Bandung,
Rabu (20/12/2023). Konferensi hasil kerja sama Balitbang Diklat
Kementerian Agama bekerjasama dan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
(PBNU) ini dibuka secara resmi oleh Wakil Menteri Agama Saiful Rahmat
Dasuki dan Ketum PBNU KH Yahya Cholil Staquf, serta delegasi dari
berbagai negara dengan memainkan angklung bersama.

Konferensi ini dihadiri delegasi dari 18 negara, seperti dari Kenya,
Srilanka, India, Yaman, Sudan, Pakistan, Iran Meksiko, Mesir Libya,
Kamboja, Mozambik, Irak, China, Uni Emirat Arab, Malaysia, Arab Saudi,
dan Yordania.