Tahuna – Moderasi beragama di Kabupaten Kepulauan Sangihe bukanlah konsep baru, melainkan sudah mengakar sejak lama dalam kehidupan masyarakat. Hal ini ditegaskan Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Sangihe, Pendeta Leopold Albert Tamalawe, S.Th., saat berbicara mengenai harmoni keberagaman di daerah perbatasan.
Tamalawe menjelaskan, masyarakat Sangihe terbiasa hidup berdampingan dalam perbedaan. Toleransi bukan hanya slogan, melainkan nyata terlihat dalam berbagai peristiwa sosial dan keagamaan.
“Moderasi beragama di Sangihe bukan hal yang dibuat-buat, tapi sudah menjadi bagian dari budaya kita. Dalam acara seperti duka maupun pernikahan, umat dari berbagai agama hadir bersama karena terikat kekeluargaan. Bahkan di Tahuna, masjid dan gereja berdiri kurang dari 100 meter, dan itu tidak menjadi masalah. Bagi orang Sangihe, keberagaman adalah anugerah yang disyukuri,” ujarnya dikutip dari laman rri.co.id, Kamis (28/8/2025).
Ia menambahkan, kuatnya ikatan kekerabatan membuat masyarakat mampu menjaga kerukunan. Prinsip saling menghargai dan menerima perbedaan inilah yang menjadikan Sangihe sebagai contoh nyata moderasi beragama di wilayah perbatasan NKRI.
Damailah Indonesiaku Bersama Cegah Terorisme!