Semarang – Program deradikalisasi yang dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT) RI bersama stakeholder lainnya seperti Direktorat Jenderal Pemasyarakat (Ditjen PAS), Densus 88, dan Pemerintah Daerah (Pemda) telah banyak membawa hasil. Buktinya, saat ini banyak mitra deradikalisasi atau mantan narapidana terorisme (napiter) tergabung dalam yayasan atau paguyuban perdamaian dan siap bersinergi bersama pemerintah dalam memberikan pemahaman tentang bahaya intoleransi, radikalisme dan terorisme.
Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. Rycko Amelza Dahniel, MSi, mengaku bahwa pihaknya sangat membutuhkan peran serta mitra deradikalisasi. Pasalnya, sebagai mantan orang yang pernah terjerumus pemahaman radikalisme dan terorisme, mitra deradikalisasi dapat membagikan pengalaman hidup mereka terkait pemahaman yang benar agar masyarakat terhindar dari pemahaman yang melenceng dan tidak sesuai dengan Ideologi bangsa.
“Ke depan, kawan-kawan kita ini (mitra deradikalisasi) akan membagi pengalaman mereka, membagi sentuhan hidayah yang mereka terima, sehingga bisa mengajak yang masih salah pemahamannya ke pemahaman yang benar,” kata Kepala BNPT RI Komjen Pol. Prof. Dr. H. Rycko Amelza Dahniel, M.Si., dalam kegiatan Halal Bihalal dan Silaturahmi Kebangsaan bersama Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) di Kota Semarang Jawa Tengah pada Jumat (5/5/2023).
Dalam ikhtiar meluruskan pemahaman yang salah kepada masyarakat, mitra deradikalisasi juga diharapkan dapat menyebarkan pemahaman nilai-nilai Islam yang moderat, cinta damai dan rahmatan lil alamin.
Kepala BNPT saat menggambarkan Persadani sebagai salah satu contoh mitra deradikalisasi yang turut serta melindungi NKRI.
“Dengan adanya perkumpulan ini (Persadani), rasa kebangsaan telah diikat. Ini diperlukan karena bangsan Indonesia dibangun di atas berbagai perbedaan. Kebangsaanlah yang menyatukan perbedaan suatu negeri,” ujar,” tutur Rycko.
Pada kesempatan itu, Kepala BNPT menyampaikan pesan penting bahwa sebagai abdi negara, BNPT memiliki kewajiban menjaga upaya mencapai cita-cita bangsa tanpa melihat perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Di samping itu, baik pejabat negara maupun mitra deradikalisasi pada dasarnya mempunyai tugas yang sama yakni melindungi segenap tumpah darah Indonesia, meskipun cara pelaksanaannya berbeda-beda.
“Perbedaan memiliki potensi konflik sehingga perlu suatu alat pemersatu, yaitu rasa kebangsaan, satu tanah air, dan nikmat Allah SWT,” ucap Kepala BNPT.
Direkur Deradikalisasi BNPT Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwakhid menambahkan bahwa kegiatan ini adalah upaya untuk mempererat silaturahmi dengan mitra deradikalisasidan meningkatkan kembali ukhwah serta mengoptimalkan persaudaraan yang telah dibangun untuk menggapai cita-cita negara.
“Tujuan dari silaturahmi ini untuk melanjutkan program deradikalisasi serta dalam rangka hari raya Idul Fitri semoga selalu diberkahi oleh Allah dan tetap teguh mencintai NKRI” ucap Nurwakhid.
Silaturahmi Kebangsaan ini juga dihadiri Deputi 1 BNPT, Mayjen TNI Nisan Setiadi, S.E., Kasubdit Bina Masyarakat BNPT, Kolonel (Pas) Drs. Sujatmiko, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Prof. Dr. Syamsul Ma’arif M.Ag., Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Jawa Tengah Haerudin S.H., M.H.
Kepala Kesbangpol Jateng Haerudin menyampaikan bahwa Jawa Tengah terpilih menjadi provinsi terbaik oleh BNPT karena sudah memiliki peraturan gubernur mengenai radikalisme. Inti dari peraturan tersebut yaitu memfasilitasi program kontra radikalisasi dan memperkuat deradikalisasi sesuai dengan program BNPT dan Kementerian Dalam Negeri.
Provinsi Jawa Tengah juga sudah memiliki tiga perkumpulan mitra deradikalisasi antara lain Yayasan Persadani yang berpusat di Semarang, Yayasan Gema Salam yang berpusat di Surakarta, dan Paguyuban Podomoro yang berpusat di Brebes.
“Tercatat perkumpulan ini memiliki hubungan baik dengan pemerintah provinsi. Seperti yang diajarkan oleh gubernur Jateng Ganjar Pranowo yaitu merangkul saudara kita (mitra deradikalisasi) untuk memperkuat NKRI. Tim terpadu kesbangpol selain memberi pelatihan wawasan keagamaan dan wawasan kebangsaan juga memberi pelatihan mengenai wawasan kewirausahaan” ungkap Haerudin.
Sementara itu, Ketua Yayasan Persadani Sri Pujimulyo Siswanto mengucapkan terimakasih karena sudah diberi kesempatan menjadi tuan rumah pada pertemuan kali ini.
“Kami sangat mengapresiasi karena dengan adanya kegiatan tersebut dapat menghilangkan skat dan dan rasa canggung untuk bersosialisasi kembali bersama masyarakat,” katanya.
Kegiatan ini dihadiri 32 Mitra Deradikalisasi yang merupakan mantan narapidana terorisme yang telah kembali ke tengah-tengah masyarakat. Mitra deradikalisasi tersebut berasal dari beberapa wilayah di Provinsi Jawa Tengah seperti Kota Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Kudus, Kabupaten Kendal, Kabupaten Batang, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Sleman, Kabupaten Bantul, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Klaten, Kabupaten Banyumas, Kabupaten Grobogan, dan Kabupaten Temanggung.