Jakarta – Kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, Sulawesi Tengah, kembali membunuh empat petani di Desa Kalimago, Kecamatan Lore Timur, Kabupaten Poso, Sulteng, Selasa (11/5/2021) lalu.
Pembunuhan tersebut diduga didalangi Qatar bersama 4 anggota gerombolan teroris Poso lainnya. Mereka merupakan anggota organisasi teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora. Empat petani yang menjadi korban adalah MS (52), SS (61), P dan L.
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Antonius Benny Susetyo meminta, pasca kejadian tersebut pemerintah harus menjamin rasa aman penduduk lokal di sana.
“Kita berharap pemerintah segera memberikan jaminan rasa aman. Rasa aman sehingga penduduk bekerja lagi di ladang mereka,” ucap Benny, Minggu (16/5/2021).
Dia meminta agar semua aparat keamanan, termasuk Densus 88 Antiteror, segera menghentikan kekerasan dan membongkar jaringan terorisme di Poso.
Benny menyarankan agar aparat keamanan dapat memotong jalur logistik kelompok teror tersebut.
“Kita percaya dengan kemampuan Densus untuk memutus jaringan terorisme dan mengembalikan rasa aman bagi masyarakat Poso. Kita yakin negara tidak boleh kalah dengan terorisme,” tegasnya.
Ia menilai tragedi pembunuhan terhadap empat petani tersebut melukai rasa kemanusian setiap umat beragama.
“Apa yang dilakukan jaringan terorisme bertentangan nilai Pancasila karena menghancurkan martabat kemanusian,” pungkas Benny.
Sebelumnya, Kantor Staf Kepresidenan (KSP) juga mengutuk keras atas tindakan tersebut. KSP memastikan aparat keamanan akan melakukan pengejaran dan penindakan terhadap kelompok teroris MIT.
“Sebagaimana disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada awal April lalu bahwa tidak ada sedikitpun tempat bagi terorisme di Tanah Air, pemerintah akan menindak tegas pelaku dan organisasi teroris di Indonesia, baik di Poso, Papua dan tempat lain di Indonesia,” kata Deputi V Kepala Staf Kepresidenan, Jaleswari Pramodhawardani, dalam keterangannya, Rabu (12/5/2021).
Jaleswari menyatakan kekejian yang dipertontonkan oleh para teroris MIT di tengah bulan suci Ramadan serta situasi pandemi Covid-19, menunjukkan watak dan perilaku para teroris yang sama sekali tidak memiliki nilai-nilai agama serta tidak memiliki nurani kemanusiaan.