Filipina – Pasukan Filipina telah menangkap sembilan perempuan yang terkait dengan kelompok militan Abu Sayyaf. Para perempuan itu dicurigai merupakan calon pelaku bom bunuh diri.
Militer Filipina, Selasa (23/2/2021), mengatakan penangkapan terhadap para tersangka itu berlangsung Jumat (19/2/2021) pekan lalu.
Letnan Jenderal Corleto Vinluan Jr, yang mengepalai Komando Pasukan Mindanao Barat mengatakan mereka ditangkap dalam penggerebekan terhadap sejumlah rumah di tiga kota di Provinsi Sulu yang mayoritas warganya Muslim.
Provinsi Sulu yang terletak di wilayah selatan negara itu adalah kubu pertahanan Abu Sayyaf, yang terkenal sering melakukan penculikan untuk meminta uang tebusan, pemenggalan kepala dan pengeboman.
Pasukan juga menyita sejumlah materi yang diperkirakan digunakan untuk membuat bom, seperti baterai, kabel peledak, bubuk peledak, minyak, pipa besi dan paku, bersama dengan sejumlah granat, telepon genggam, ransel dan sketsa daerah yang diduga menjadi sasaran pengeboman, kata militer dalam sebuah pernyataannya.
“Kami selalu siap menyambut mereka yang ingin kembali ke pangkuan hukum tetapi jika Anda menolak untuk melakukannya, kami pasti akan memburu Anda dan mencegah Anda menimbulkan malapetaka bagi masyarakat, ” kata Mayjen William Gonzales, yang memimpin pasukan pemerintah di Sulu.
“Semoga ini menjadi pesan yang jelas bagi para pendukung dan anggota Abu Sayyaf yang tersisa, ” kata Gonzales.
Para tersangka akan menghadapi tuntutan pidana atas kepemilikan bom secara ilegal, kata para pejabat militer, sambil menambahkan bahwa informasi intelijen dan pengawasan membantu pasukan melacak para tersangka.
Di antara mereka yang ditangkap adalah tiga putri dan seorang saudara perempuan Hatib Hajan Sawadjaan, pemimpin Abu Sayyaf yang terluka dalam baku tembak dengan pasukan pada Juli tahun lalu dan meninggal beberapa hari kemudian di pedalaman pegunungan di kota Patikul, Sulu.
Beberapa pekan setelah kematian Sawadjaan, dua janda militan Abu Sayyaf secara terpisah meledakkan bom dalam serangan bunuh diri yang menewaskan 14 orang, termasuk sejumlah tentara, dan melukai 75 lainnya di kota Jolo di Sulu. Militer kemudian mengatakan bahwa kedua pengeboman itu mungkin dilakukan oleh Abu Sayyaf untuk membalas kematian Sawadjaan, yang diyakini telah ditunjuk oleh kelompok ISIS sebagai pemimpinnya di Filipina Selatan.
Amerika Serikat dan Filipina secara terpisah memasukkan Abu Sayyaf ke dalam daftar hitam. Banyak pihak berpendapat, kelompok militan itu telah sangat melemah tetapi masih menjadi ancaman keamanan nasional.