Damaskus – Militer Amerika Serikat (AS) akan mulai menempatkan pos pengawas di Suriah utara, untuk membantu Turki mengamankan perbatasannya dari ancaman yang tersebar di negara yang dilanda perang itu.
Langkah itu dapat mencegah pertempuran di daerah-daerah dekat perbatasan Turki, agar tidak mengganggu para pejuang yang didukung AS dalam melakukan misi mereka untuk mengalahkan ISIS. Peningkatan militer itu, bagaimanapun, bisa menarik kemarahan para pembuat undang-undang AS, yang beberapa di antaranya melihat bahwa misi di Suriah menjauh dari tujuan awal mengalahkan ISIS.
“Ini adalah sebuah perubahan, sekarang,” kata Menteri Pertahanan Jim Mattis, seperti dikutip Militarytimes.com, Kamis (21/11).
“Kami menempatkan pos pengawas di beberapa lokasi di sepanjang perbatasan Suriah utara, karena kami ingin menjadi orang-orang yang menghubungi Turki dan memperingatkan mereka jika kami melihat sesuatu yang keluar dari area tempat kami beroperasi.” Ujarnya.
Mattis mengatakan bahwa langkah ini dilakukan dengan konsultasi erat dengan Turki sekutu NATO yang telah melakukan beberapa operasi serangan ke Suriah selama beberapa tahun terakhir, untuk menangani kelompok militan yang dikatakannya sebagai ancaman.
Baca juga : Pemkot Hami Wajibkan Warga Muslim yang Terpapar Terorisme Menyerahkan Diri
“Kami akan melacak setiap ancaman yang dapat kami temukan dan menyampaikannya ke Turki,” kata Mattis. “Itu artinya kami akan berbicara dengan militer Turki di seberang perbatasan.”
Meski begitu, pos-pos pengawas baru itu tidak akan membutuhkan pasukan tambahan, tambahnya.
Pos pengawas itu akan “ditandai dengan sangat jelas” untuk operasi siang dan malam, sehingga pasukan Turki tahu lokasi mereka.
Menurut Mattis, Militer AS juga bulan ini mulai patroli bersama dengan pasukan Turki tanpa seragam yang merupakan bagian dari peta jalan untuk mengurangi ketegangan di wilayah tersebut antara dua sekutu NATO itu.
“Ini dirancang untuk memastikan bahwa orang-orang yang kami kalahkan di Lembah Sungai Eufrat Tengah tidak ditarik dari pertarungan itu, dan bahwa kami dapat menghancurkan apa yang tersisa dari kekalifahan geografis (ISIS),” kata Mattis.
ISIS sebagian besar terdegradasi ke daerah kantong dekat perbatasan Suriah-Irak. Pertempuran di sana sangat sulit, karena ini adalah salah satu tempat terakhir yang masih dikuasai kelompok teror tersebut, dan mereka bertekad untuk tidak kehilangannya.