Mewaspadai Model Baru Serangan ISIS

Seperti diketahui bersama, kelompok teroris ISIS masih terus berusaha ‘mencari muka’ dengan melakukan berbagai macam serangan mematikan, mereka bahkan tidak perlu alasan untuk serangan-serangan itu. Terbaru, dunia dikagetkan dengan serangan membabi buta kelompok teroris ISIS di Perancis pada tanggal 13 November 2015, dalam serangan itu 129 orang dilaporkan meninggal dunia dan 352 orang lainnya mengalami luka-luka. Meskipun kelompok ISIS bersikeras menyatakan bahwa serangan itu dimaksudkan sebagai balas dendam atas kekejaman pemerintah Prancis di Iraq dan Syria, namun banyak pihak yang sangat meragukan klaim tersebut.

Beberapa kejanggalan klaim alasan penyerangan ISIS antara lain; jika memang serangan tersebut dimaksudkan sebagai balas dendam terhadap militer Prancis, maka seharusnya serangan bom dan rentetan tembakan dilakukan di markas-markas militer Prancis, bukan di restoran. Jika serangan sadis tersebut diklaim sebagai balasan atas kebijakan bengis pemerintah Prancis yang mendzolimi muslim di Iraq dan Syria, maka seharusnya serangan bom ditujukan ke pejabat dan petinggi pemerintahan Prancis, namun nyatanya serangan justru dilakukan di luar stadion, yang menjadi korban justru masyarakat biasa. Hal ini sekali lagi menunjukkan betapa kelompok ISIS sangat sadis dan brutal.

Bukannya menyadari kesalahan lalu bertaubat, kelompok ISIS justru merasa jumawa dan menyatakan sasaran ISIS bukan hanya Prancis, karena mereka juga berencana untuk melakukan ‘serangan balik’ ke negara-negara yang mereka musuhi, seperti; Amerika Serikat, Inggris dan Italia. Dari sisi yang lain sesungguhnya dapat dilihat bahwa alasan utama kelompok ISIS melakukan berbagai serangan brutal dilandasi oleh khayalan kebangkitan Khilafah global. Mereka merasa sedang memperjuangkan negara tuhan, namun diwaktu yang bersamaan mereka jungkalkan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan, ironis!

Karenanya kini semakin jelas bahwa khilafah global itu hanyalah khayalan; ada banyak motif yang diusung ISIS dalam setiap aksi brutalnya, beberapa diantaranya adalah alasan ekonomi dan perebutan kekuasaan. Mereka ingin menguasai lading-ladang minyak yang ada di kawasan Iraq dan Syria, mereka pun ingin mendulang kekayaan, karenanya apapun akan mereka lakukan demi dua hal yang bersifat keduniawian semata itu.

Di luar kebrutalan dan betapa bertentangannya mereka dengan nilai-nilai agama, kekhawatiran yang menyelimuti kita semua adalah keterlibatan anak-anak muda dalam kelompok ISIS ini. Mereka adalah anak-anak usia muda yang termakan tipu daya ISIS, mereka kerap hanya dijadikan ‘umpan’ sebagai pelaku bom bunuh diri hanya untuk memuaskan kegilaan para pemimpinnya. Para anak muda yang seharusnya menjadi generasi penerus tersebut justru mati sia-sia sebagai seorang pengecut.

Peristiwa bom dan serangan brutal di Prancis bulan lalu merupakan bukti nyata betapa anak-anak muda yang telah diperdaya ISIS sangat rentan menjadi umpan. Kelompok ISIS pun kini lebih keranjingan untuk masuk pemberitaan, karenanya alih-alih melakukan serangan k epos-pos pertahanan dan pemerintahan suatu negara yang mereka anggap musuh, ISIS lebih senang melakukan serangan di pusat-pusat keramaian, tujuannya tentu untuk mendapat liputan pemberitaan, sehingga kekejaman mereka akan ‘terasa’ sampai di seluruh penjuru dunia.

Kini kewaspadaan terhadap berbagai serangan dan potensi terorisme semakin ditingkatkan di hampir seluruh negara di dunia, tidak terkecuali Indonesia. Seluruh elemen bangsa, mulai dari ulama, tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, hingga pegiat duni maya bersatu padu menebalkan benteng pertahanan bangsa agar tidak kemasukan paham dan gerakan terorisme di Indonesia.

Kita semua harus mengerti bahwa kekerasan tidak pernah dapat dibenarkan, sekalipun alasan yang digunakan adalah agama. ‘Pangkat’ manusia sebagai wakil Tuhan di dunia tidak berarti manusia boleh berbuat sesukanya, karena wakil tuhan artinya menjaga dan melestarikan ciptaan tuhan, bukan malah menghancurkannya. Karenanya diperlukan perhatian serius dari seluruh masyarakat Indonesia yang cinta perdamaian, memahami konsep jihad dan perjuangan mempertahankan persatuan, agar peristiwa bencana kemanusiaa di Perancis bulan lalu tidak terjadi di negara NKRI yang kita cintai bersama. Peran serta seluruh komponen bangsa dan semua lapisan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dapat membatasi langkah menyebarnya paham radikal berbasis agama yang tumpang tindih dengan  birahi kekuasaan.