Indralaya – Mudahnya pelaku terorisme dalam melakukan perekrutan berawal dari rasa keingintahuan yang tinggi dari calon targetnya. Apalagi di tengah perkembangan teknologi informasi saat ini yang berkembang pesat.
Media sosial dimanfaatkan para pelaku terorisme merekrut calon pengikut, berawal dari media sosial, terjadilah diskusi antara perekrut dan calon yang akan direkrut.
Hal ini disampaikan oleh Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Dr Badrus Sholeh Phd saat memberikan kuliah umum dan lokakarya kepada para mahasiswa program studi Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisip) Universitas Sriwijaya (Unsri).
Badrus Sholeh menghimbau mahasiswa agar tidak mudah terpengaruh terhadap perbedaan paham ideologi pelaku kejahatan terorisme.
Karena sasaran terorisme adalah orang-orang pintar, kalangan-kalangan intelektual dan orang terdidik.
“Diawali dari rasa penasaran dan keingintahuan. Sehingga berlanjutlah diskusi melalui jejaring sosial, diakhiri keinginan mereka untuk pergi berperang ke Iraq atau pun Suriah. Tentu itu tidak dibenarkan,” kata Dr Badrus Sholeh, seperti dikutip Tribunsumsel.com.
Kegiatan kuliah umum yang berlangsung, Senin pagi (26/11) pukul 09.00, di gedung C Fisip Unsri Indralaya dan dihadiri Wakil Dekan II Fisip Unsri Ir Sofyan Effendi dan Kaprodi HI Dr Azhar serta para mahasiswa Prodi HI Unsri.
Baca juga : Bupati Sumenep: Produk Jurnalistik Jangan Bersikap seperti Teroris
Puliah umum dan lokakarya yang bertema “Tindakan Pelaku Terorisme Lintas Negara di Asia Tenggara (internasional) atau “Foreign Terrorist Fighters and Returnees: Managing Security in Southeast Asia”, Dosen UIN Dr Badrus Sholeh menjelaskan mengenai hubungan internasional terhadap kaitannya dengan tindakan terorisme lintas negara Asia Tenggara.
Parahnya saat ini para pelaku terorisme tidak hanya berkaitan dengan kaum laki-laki saja melainkan perempuan pun turut terjerumus kedalam hal-hal seperti demikian.
Karena diketahui baru-baru ini pelaku bom bunuh diri yang terjadi di tanah air, pelakunya melibatkan satu keluarga, diantaranya merupakan kaum perempuan ibu dan anak. Mirisnya apalagi berkaitan dengan Agama.
Dikawasan Asia Tenggara, ada 20 organisasi yang berkaitan dengan ISIS, dari 20 organisasi tersebut estimasinya lebih kurang 700-800 orang yang berasal dari Asia Tenggara ikut berperang ke Iraq dan Suriah.
Dari studi yang sudah dilakukan pihaknya ternyata banyak lubang-lubang yang membuat para pelaku leluasa melakukan tindakan terorisme di tanah air.