Riyadh – Profesor Antropologi Budaya King Fahd University of Petroleum and Minerals, Sumanto Al-Qurtuby mengatakan, Arab Saudi merupakan salah satu negara yang melarang eksistensi Hizbut Tahrir, ISIS, al-Qaeda, Jabhah Nusrah, dan kelompok lainnya yang dianggap terlibat jaringan terorisme di wilayahnya.
“Saudi kan salah satu negara yang melarang Hizbut Tahrir,” kata Prof Sumanto saat diwawancara NU Online, beberapa waktu lalu.
Oleh kerenanya, imbuhnya, segala atribut seperti bendera yang melekat kepada kelompok-kelompok tersebut juga dilarang dikibarkan di Saudi. Meskipun kelompok-kelompok tersebut memiliki atribut bendera yang bertuliskan kalimat tauhid, sebagaimana bendera Saudi.
“Melihatnya desain benderanya, bukan kalimat tauhidnya. Kan jelas desain bendera HT, ISIS, dan lain sebagainya yang dilarang keras di sini (Saudi). Bendera ISIS juga ada kalimat tauhidnya,” paparnya.
Ia menambahkan, Saudi juga tidak segan-segan untuk menghukum mereka yang terlibat dengan kelompok atau organisasi yang dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Saudi.
“Kalau kelompok yang terlibat di jaringan teroris (ISIS, Qaedah, Jabhah, dan lain sebagainya) sudah banyak sekali yang dihukum dari penjara sampai hukuman mati, tergantung tingkat kesalahan,” urainya.
Menurut Prof Sumanto, saat ini Saudi tengah gencar-gencarnya memberantas kelompok-kelompok teroris dan radikal.
“KSA (Kerajaan Arab Saudi) sedang bersih-bersih dari kelompok teroris, radikal, fanatik, dan intoleran,” tandasnya.
Seperti yang diketahui, bendera Arab Saudi berwarna hijau dengan inskripsi dua kalimat syahadat (kalimat tauhid) dan sebuah pedang berwarna putih. Kalimat tauhid pada bendera Saudi menggunakan khat tsulutsi.
Bendera Saudi dibuat dengan sisi depan dan belakang yang identik untuk memastikan kalau kalimat tauhid yang tertera dapat terbaca benar, dari kanan ke kiri, dan dari kedua sisi. Model bendera ini mulai dipakai Saudi sejak 15 Maret 1973.