Raqqa – Seorang warga Negara Indonesia yang telah berangkat ke Irak baru-baru ini mengeluarkan pernyataan memilukan terkait kebohongan-kebohongan yang dilakukan oleh kelompok teroris ISIS. Perempuan belia yang masih berumur 19 tahun itu mengaku meninggalkan Indonesia sejak 22 bulan lalu untuk bergabung di Raqqa, sebuah kota yang diklaim ISIS sebagai ibu kota Negara Islam.
Nur, nama perempuan itu, mengatakan dirinya tertarik bergabung ke Raqqa setelah menyaksikan sejumlah foto yang disebar di internet. Ia pun tanpa pikir panjang memutusukan untuk ‘hijrah’. Namun sesampainya di sana, ia baru sadar bahwa dirinya telah ditipu mentah-mentah oleh ISIS.
“Semua bohong! ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet,” kata Nur kepada wartawan AFP di satu kamp di Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa.
Nur mengaku tidak hanya dirinya yang tertipu, ayah dan saudara laki-lakinya bahkan mengalami hal yang lebih menyakitkan. Harapan mereka untuk mendapat pekerjaan dengan gaji tetap justru berbuah pada pemaksaan untuk menjadi pasukan ISIS.
“Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara,” jelas Nur.
Nur pun mengaku harus pandai sembunyi, sebab dirinya dikejar-kejar milisi ISIS yang ingin menjadikannya istri, atau budak seks, lebih tepatnya.
“Banyak milisi ISIS yang duda, mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu,” kata Nur.
Tidak hanya itu, saudara laki-lakinya juga kerap ditanya apakah dia memiliki saudara perempuan yang bisa dijadikan istri.
“Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan,” tutup Nur.
Beda lagi dengan kisah Leefa. WNI berusia 38 tahun ini mengaku meninggalkan Indonesia karena dua alasan; ia ingin menjadi muslim yang sesungguhnya, yakni dengan hidup di bawah pemerintahan Islam, dan juga masalah kesehatan.
“Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Tapi di daerah ISIS semuanya gratis,” tutur Leefa.
Atas propaganda ISIS di internet pula, Leefa lantas mengontak salah satu milisi ISIS yang kemudian mengatakan akan mengganti uang tiket dan memberikan pelayanan kesehatan gratis. Namun sesampainya ia di Raqqa, ia baru sadar bahwa dirinya adalah korban penipuan. Biaya operasi di Raqqa sangat mahal, ia pun tidak sanggup membayarnya.
Leefa dan Nur adalah 2 dari 16 WNI yang kini terjebak di Raqqa, mereka berharap bisa kembali ke Indonesia.