Lembah Klang – Seorang teroris asal Mesir dan dua warga Malaysia, ditangkap polisi antiteror Malaysia baru-baru ini.
Kedua warga negara Malaysia ditangkap dengan tuduhan telah menyembunyikan teroris bernama Ansar Al-Shariah Al-Tunisia. Pria itu bertanggung jawab atas pembunuhan massal 38 orang di Tunisia.
Penangkapan orang Mesir itu telah memberi lebih banyak perhatian pada modus operandi para teroris ini.
Seperti yang dilaporkan oleh Daily Express, kelompok yang ditangkap tidak hanya melindungi otak bom bunuh diri itu, tetapi mereka juga menyediakan pekerjaan serta tiket pesawat.
Baca juga : Menjijikkan, Sejumlah Warga Israel Malah Dukung Aksi Penembakan di Selandia Baru
Untuk menyamar dan menyesuaikan diri dengan masyarakat, orang Mesir itu menikahi seorang janda berusia 54 tahun untuk mendapatkan visa pasangan.
Dia bahkan berhasil membuka restoran di daerah itu.
Inspektur Jenderal Polisi Tan Sri Mohamad Fuzi Harun mengatakan kepada Daily Express, berbagai kelompok teror melihat Malaysia sebagai tempat yang aman untuk bersembunyi dan merencanakan serangan mereka berikutnya.
“Divisi Anti Terorisme menemukan, para militan ini menikahi penduduk setempat sehingga mereka bisa mendapatkan visa pasangan. Mereka juga masuk ke Malaysia dengan dalih menjalankan bisnis dan untuk studi lebih lanjut,” jelasnya.
Fuzi melanjutkan, mereka juga telah menahan beberapa orang Mesir di Lembah Klang, yang telah bekerja sebagai guru dan juga menyamar sebagai mahasiswa universitas setempat.
Pada April dan November 2018, dua anggota Ikhwanul Muslimin ditangkap, ketika salah satu dari mereka, seorang warga Mesir berusia 42 tahun, memiliki koneksi dengan ISIS dan al-Qaeda.
Kasus-kasus semacam itu bukanlah hal baru bagi Malaysia. Sebuah sumber mengatakan kepada Daily Express, pada 1980-an, dua militan Indonesia datang ke Malaysia dengan alasan melarikan diri dari rezim negara mereka.
“Mereka diberi status Penduduk Permanen karena mereka mungkin dalam bahaya jika mereka dideportasi. Keduanya ternyata adalah Abu Bakar Basyir dan Abdullah Sungkar, yang merupakan pelopor kelompok teror Jemaah Islamiyah.
Tidak hanya mereka bertahan di Malaysia, mereka memulai sekolah di Negri Sembilan dan Johor pada tahun 1985 di mana mereka merekrut banyak militan dari antara orang Malaysia untuk JI. Tetapi pihak berwenang berhasil menghentikannya,” ujarnya.
Realitas di balik masalah ini sangat menakutkan. Namun, kita harus bersyukur bahwa Divisi Anti Terorisme di Malaysia telah membuat kemajuan besar dalam memberantas keberadaan Teroris Asing di negara ini.