Menwa Berperan Menjadi Pelopor Benteng Pancasila di Kampus

Jakarta – Resemen Mahasiswa (Menwa) diharapkan bisa mengemban tugas sejarah dan ideologis untuk mengawal, mengamankan dan menyebarluaskan ideologi Pancasila dengan mempelopori Gerakan Kampus Sebagai Benteng Pancasila bersama-sama dengan elemen pemuda lainnya. Hal itu disampaikan Ketua Badan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Ahmad Basarah, pada pidato penutupan kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di hadapan Menwa se-Provinsi Lampung. (8/10/2017)

“Pemuda harus berada di depan, memegang obor untuk mencegah paham-paham yang bertentangan dengan Pancasila agar tidak masuk ke dalam kampus. Sehingga, masa depan pendidikan dan nasib generasi penerus bangsa Indonesia ke depan tidak berada di jalan yang salah,” ujar kata Ahmad Basarah menilai, dalam siaran persnya yang diterima, Senin (9/10/2017).

Basarah yang juga anggota Komisi III DPR RI ini menjelaskan, para pemuda Indonesia dalam sejarah terbentuknya bangsa dan negara Indonesia memiliki peran yang sangat strategis. Tonggak sejarahnya adalah pada Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928. Untuk itu kaum pemuda melalui Menwa juga memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga dan mengamalkan nilai-nilai pancasila.

“Sebagai sebuah negara bangsa, maka kita bisa melihat bagaimana peran strategis para pemuda dalam peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia pada waktu itu. Tidak berhenti di sini, pemuda juga turut andil dalam upaya mempertahankan NKRI dari rongrongan pemberontakan di dalam negeri pada awal kemerdekaan,” kata Basarah

Hal itu, menurutnya, membuktikan bahwa pemuda tidak boleh absen dalam upaya mengawal negara. Khususnya dalam memastikan Pancasila sebagai satu- satunya ideologi yang cocok dan sesuai dengan kepribadian bangsa yang harus terus dilestarikan.

Di hadapan sekitar 100 Resimen Mahasiswa (Menwa) se-Lampung, Basrah juga menerangkan bahwa bangsa Indonesia saat ini menghadapi dua gelombang persaingan ideologi dunia atau transnasional, yaitu fundamentalisme pasar dan fundamentalisme agama.

“Realitanya, pemuda Indonesia kini menjadi korban gaya hidup konsumtif dan hedonis yang ditawarkan oleh kaum liberalisme sebagai pendukung utama fundamentalisme pasar,” ujarnya.

Sementara, di sisi yang lain menurutnya, kaum fundamentalisme agama juga telah berhasil merekrut anak-anak muda Indonesia untuk menjadi pelaku tindakan terorisme.

“Untuk itulah, MPR menyosialisasikan nilai-nilai Empat Pilar MPR RI seperti Pancasila, UUD NRI tahun 1945 dan Tap MPR, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika ke seluruh penjuru Indonesia. Termasuk kalangan pemuda dan pelajar, agar mereka memiliki daya tahan ideologis menghadapi infiltrasi ideologi-ideologi asing,” jelas Basarah.

Lanjutnya, anak-anak muda Indonesia harus hati-hati dengan praktik politik devide et impera, politik adu domba. “Kita jangan salah menganalisa musuh bangsa. Musuh kita adalah kelompok yang hendak mengganti Ideologi Pancasila dengan ideologi-ideologi lainnya,” ujarnya.

Sehingga kata dia, sangat tidak tepat jika kita memusuhi saudara-saudara sebangsa hanya karena berbeda suku, agama, ras dan golongannya. Salah satu ancaman besar terhadap generasi muda Indonesia adalah bentuk-bentuk gerakan radikalisme agama yang masuk ke lingkungan kampus dengan menawarkan paham-paham yang tidak sesuai dengan jiwa dan kepribadian bangsa.

“Seluruh elemen masyarakat harusnya sudah meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya ini,” tutur mantan aktivis GMNI ini mengakhiri.