Menteri Pertahanan Rangkul Santri Tangkal Radikalisme

Bangkalan – Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu berkunjung ke Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Hikam, Desa Tonjung, Kecamatan Burneh, Bangkalan, Senin (21/8/2017). Ryamizard menyampaikan rasa terimakasihnya karena telah disambut di Ponpes Al-Hikam dengan hormat.

Dalam kunjungannya, Menhan menyampaikan bahwa generasi bangsa harus memiliki pemahaman kukuh tentang bela negara tidak terkecuali para santri. Oleh karenanya dia mengajak untuk mempersiapkan diri sejak dini untuk menjaga pertahanan negara dari berbagai ancaman.

Lanjut Ryamizard, salah satu ancaman nyata yakni merebaknya paham radikalisme dan terorisme. Radikalisme dan terorisme adalah dua hal yang harus diantisipasi dan diberangus karena mengancam keutuhan berbangsa dan bernegara.

Untuk itu, sebagai warga yang baik, generasi bangsa harus menangkal radikalisme dan terorisme. “Tentu dengan pemahaman yang baik. Tidak ada ceritannya membunuh orang masuk surga. Lebih-lebih bunuh diri,” tegasnya dihadapan Santri dan pengasuh Ponpes Al – Hikam, Bangkalan pada Senin, (21/8/2017). Seperti dikutip dari jawapos.com

Radikalisme kerangkali dihubungkan dengan Islam. Padahal, dalam Islam tidak pernah diajarkan untuk membunuh diri sendiri terlebih melakukan bom yang menyebabkan terbunuhnya orang lain, santri harus tahu ajaran Islam yang benar. “Jangan mudah terpengaruh, membunuh orang dengan membabi buta bukan Jihad,” ujarnya

Pengasuh Ponpes Al-Hikam KH. Nuruddin Arrahman mengatakan, kedatangan Menhan memberikan nasihat kepada santri. Sebab, selama ini radikalisme dikaitkan dengan Islam. Padahal, itu tidak benar.

Pihaknya berterimaksaih Menhan telah berkunjung ke Ponpes Al-Hikam. “Santri mendapat pemahaman tentang bagaimana ikut serta menjaga pertahanan negara. Salah satunya mengenai ancaman paham radikalisme itu,” ujarnya.

Wakil Rois Syuriah PW NU Jawa Timur tersebut menyatakan, sebagai warga negara Indonesia, santri harus berkontribusi dalam menangkal paham radikalisme. “Nyatakan perang terhadap paham radikalisme,” tukasnya.