Lembang – Penyebaran paham radikal terorisme selama ini sudah tidak mengenal tempat. Tidak hanya di lembaga pendidikan saja, intasni pemerintah dan bahkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) juga bukan tidak mungkin menjadi sasaran kelompok radikal terorisme untuk melakukan penyebaran paham-paham tersebut.
Untuk itulah sebagai upaya mencegah penyebaran paham radikal terorisme di lingkungan BUMN, Menteri BUMN, Rini Soemarno mengundang Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, untuk bisa memberikan penjelasan secara utuh mengenai Bahaya Penyebaran paham Radikalisme Terorisme dan Upaya Pencegahannya kepada para para Chief Executive Officer (CEO) atau Direktur Utama (Dirut) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) se-Indonesia.
Pembekalan dari Kepala BNPT tersebut dilakukan di sela-sela pembukaan acara BUMN Great Leaders Camp. Acara ini dihadirii sebanyak 181 peserta terdiri dari 148 Dirut BUMN, 4 Wakil Dirut BUMN se-Indonesia, 25 pejabat Kementerian BUMN dan 4 Pemimpin Redaksi ini digelar di Gedung Utaryo komplek Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) Lemdiklat Polri, Lembang, Minggu (10/3/2019) malam.
“Kami meminta Kepala BNPT untuk memberikan gambaran kepada kita semua mengenai sebenarnya seberapa besar masalah terorisme ini, dan dari hasil paparan tadi terlihat bahwa ternyata sangat besar. Karena usaha dari BUMN itu beraneka ragam dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, tentunya ini kita tidak terlepas dari masalah itu,. terutama karyawan kita secara menyeluruh itu hampir dua juta orang di seluruh Indonesia,” ujar Menteri BUMN, Rini Soemarno, usai pembukaan acara tersebut.
Dikatakan mantan menteri Perindustrian dan Perdagangan di Kabinent Gotong Royong ini mengatakan, kalau seluruh pihak di BUMN tidak menjaga dari awal terhadap instansinya untuk mencegah menyebaran paham radikal terorisme seperti yang dikatakan Kepala BNPT, maka bukan tidak mungkin akan menimbulkan permasalahan di kemudian hari.
“Kita harus benar-benar menghadapinya harus dari awal, jangan di akhirnya. Jangan berharap kita bisa menuntaskan kalau cuma di akhirnya saja. Karena inilah makanya saya rasa ini membuka mata teman-teman semua CEO-CEO BUMN yang mana tentunya nanti kita biasanya pada akhir pertemuan ini kita memberikan rumusan apa langkah-langkah yang harus kita lakukan ke depan,” ujar mantan Presiden Direktur Astra Internasional ini.
Diakui wanita kelahiran Maryland, Amerika Serikat, 9 Juni 1958 ini, apa yang telah disampaikan Kepala BNPT dalam paparannya tersebut juga sebagai upaya untuk melindungi keluarga besar BUMN dari pengaruh penyebaran paham radikalisme dan terorisme. Namun menurutya bukan hanya keluarga BUMN saja dalam arti yang ada di lingkungan pekerjaan BUMN, tapi dimana BUMN berada pun sekarang pihaknya selalu menekankan untuk harus sadar lingkungan terhadap lingkungannya juga.
“Jadi di daerah mereka berada, dimana mereka beroperasi, maka mereka juga harus menyadari lingkungan itu bersih dari terorisme atau tidak, bersih dari narkotika atau tidak, nah ini yang coba kita tekankan juga,” kata mantan Wakil Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) ini.
Dengan maraknya hoax dan penyebaran ujaran kebencian, dirinya meminta kepada seluruh masyarakat dimana yang paling utama adalah untuk meyakini bahwa jalan untuk melangkah itu tidak boleh terlepas dari hati.
“Jadi kita boleh punya pikiran yang hebat, kita boleh pintar, tetapi apapun kita harus selalu melangkah dengan hati. Itu yang paling utama. Dan tentunya kita harus cinta NKRI. NKRI adalah Republik Indonesia ini yang harus k harus bisa turunkan ke anak cucu kita, NKRI yang utuh,” ujarnya mengakhiri.