Mensos Sebut Kemiskinan Akar Radikalisme dan Terorisme

Mensos Sebut Kemiskinan Akar Radikalisme dan Terorisme

Makassar – Menteri Sosial (Mensos), Juliari Batubara mengungkapkan cara ampuh untuk memberantas radikalisme dan juga terorisme di Indonesia adalah memerangi kemiskinan. Memerangi kemiskinan merupakan salah satu cara jitu yang ditargetkan Kementerian Sosial (Kemsos) untuk menangani akar masalah utamanya.

“Radikalisme dan terorisme akarnya adalah dari kemiskinan. Sehingga yang harus diperangi bersama itu kemiskinan, bukan orangnya. Tiap hari bisa kita tangkap teroris, tapi tidak akan cukup waktunya. Tapi kalau sumber permasalahan yang kita perangi, maka negara ini akan subur,” ungkapnya dalam acara Program Keluarga Harapan (PKH) Apretiation Day 2019, di Makassar, Sulawesi Selatan, dikutip Beritasatu.com, Rabu (27/11).

Demi mensukseskan misinya memerangi kemiskinan, Juliari menaruh kepercayaan besar pada program nasional Kemsos, PKH. PKH adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat kepada keluarga miskin dan rentan. Dalam istilah internasional disebut Conditional Cash Transfer (CCT) atau Bantuan Tunai Bersyarat.

“Kita mau bangun tol sebanyak apa, bangun bendungan di mana-mana, kalau masih banyak orang miskin tidak ada gunanya. Tidak ada negara maju di dunia ini yang meributkan soal identitas, perbedaan. Hal itu tidak boleh ada di tengah kita dan harus diperangi bersama. Kalau bukan kita yang perangi, siapa lagi? Kalau bukan kita yang mulai siapa lagi? Kita perangi bersama, karena musuh bersama kita adalah kemiskinan,” jelasnya.

Dirinya pun berharap, ke depannya jumlah penerima dana bantuan yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat kurang mampu bisa berkurang. Pasalnya, jika penerima PKH makin banyak, artinya program tersebut tak sukses.

“Apa yang dilakukan di sini adalah untuk memerangi kemiskinan, ini usaha kongkrit dan real. Keberhasilan Kemsos ini adalah program yang sifatnya bantuan sosial, makin depan makin sedikit. Bukan karena uangnya tidak ada, tetapi masyarakat yang dulunya miskin itu sudah menjadi sejahtera, atau yang biasa kami sebut graduasi,” terangnya.

Saat ini, angka kemiskinan Indonesia pada Maret 2019 tercatat 9,41% menurun 0,25% dari September 2019 sebesar 9,66%. Menurut BPS (2019). Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan angka kemiskinan pada Maret 2019 di antaranya adalah peningkatan pendapatan kepada masyarakat di desil terendah, pelaksanaan bantuan sosial yang tepat jadwal, dan peningkatan cakupan keluarga penerima manfaat bantuan sosial.

PKH berkontribusi dalam penurunan angka kemiskinan ditandai penyaluran bantuan tepat waktu 4 kali dalam satu tahun, peningkatan cakupan penerima bantuan menjadi 10 juta Keluarga Penerima Modal (KPM) dan kenaikan manfaat bantuan dua kali lipat dibandingkan dengan tahun 2018.

Diketahui pula, program ini bukan sekedar memberi bantuan sosial dalam bentuk tunai bersyarat tetapi didalamnya ada pemberdayaan agar KPM bisa sejahtera mandiri ketika sudah tidak mendapat bantuan. Selain itu juga diselenggarakan Family Development Session (FDS) atau Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga (P2K2).

P2K2 adalah intervensi perubahan perilaku yang diberikan kepada peserta PKH yang bertujuan meningkatkan pengetahuan, pemahaman mengenai pentingnya pendidikan, kesehatan dan gizi, pengelolaan keuangan, perlindungan anak dan kesejahteraan lansia dan penyandang disabilitas berat. Dalam P2K2 diharapkan terjadi proses belajar secara sistematis, terencana dan berkelanjutan untuk memperkuat terjadinya perubahan sikap dan perilaku KPM.

Inovasi telah dilakukan untuk meningkatkan kinerja program yaitu transformasi penyaluran bansos dari tunai ke non tunai, pelatihan SDM PKH dan pelaksanaan FDS bagi KPM secara masif, peluncuran contact center dan digitalisasi bisnis proses PKH melalui peluncuran E-PKH.

“Pemberantas kemiskinan dan program PKH semakin banyak graduasi bisa jadi wirausaha, dan menjadikan negara ini kuat, sejahtera, dan maju,” tukasnya.