Jakarta – Langkah Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang mempertemukan mantan napi terorisme dan korban (penyintas) dengan stake holder dari kementerian dan lembaga (K/L) pada acara “Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI” langsung berbuah manis. Buah itu berupa bea siswa yang akan diberikan pemerintah kepada anak mantan napi terorisme dan penyintas.
“Kami akan memberikan bea siswa Bidikmisi kepada anak mantan napi terorisme dan penyintas. Kami akan terus berkoordinasi dengan BNPT, terkait data-datanya. Kami akan berikan bea siswa penuh sampai semester delapan atau sampai menjadi sarjana,” ujar Menteri Riset Dikti Muhammad Nasir saat menjadi narasumber pada hari terakhir “Satukan NKRI” di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (28/2/2018).
Bea siswa ini, lanjut M Nasir, diberikan sebagai dukungan program deradikalisasi yang dijalankan BNPT. Ini adalah upaya memperbaiki negeri ini agar memiliki daya saing bangsa ke depan. Sebenarnya, Kemenristek Dikti selama telah menjalankan program pencegahan terorisme bersama BNPT. Bedanya, kalau sebelumnya lebih banyak program penanggulangan radikalisme di kampus.
Menurut M Nasir, sejak awal 2017, ia dan Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH, telah melakukan deklarasi anti radikalisme dan wawasan kebangsaan. Deklarasi anti radikalisme itu pertama digelar di Semarang dan puncaknya dilakukan di Bali, yang dihadiri rektor dan pengelola perguruan tinggi sebanyak 3500 orang. Itu menjadi rekor sejarah menghadirkan pengelola perguruan tinggi dalam sebuah event.
Pada kesempatan itu, M Nasir juga memaparkan sejarah masuknya radikalisme ke kampus serta komitmen kementerian Riset Dikti untuk terus melakukan upaya memberasihkan kampus dari radikalisme dan terorisme.