New York – Pertempuran melawan terorisme di Suriah hampir berakhir setelah lebih dari tujuh tahun. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Suriah, Walid Al-Moallem di Majelis Umum PBB.
Walid al-Moallem juga mengecam campur tangan internasional di Suriah.. Ia juga membantah penggunaan senjata kimia oleh rezim Damaskus dan menuduh koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) melakukan kejahatan perang.
Dengan hanya provinsi Idlib yang masih di bawah kontrol pemberontak, Al-Moallem menjelaskan dengan yakin bahwa situasi di lapangan kini lebih stabil dan aman, serta rekonsiliasi lokal berjalan dengan baik. Dia juga berterima kasih kepada rakyat Suriah atas ketabahan mereka selama konflik berdarah.
Sepanjang pidato, Al-Moallem menekankan hak Suriah untuk berdaulat dan mencela tindakan koalisi pimpinan AS yang memerangi ISIS karena melakukan segalanya kecuali memerangi terorisme.
Dia mengklaim koalisi AS ilegal, yang termasuk pemain internasional bersama dengan pasukan oposisi lokal dan regional, menghancurkan kota Suriah Raqqa – bekas markas ISIS – dan mengambil bagian dalam pembantaian warga sipil, termasuk perempuan dan anak-anak sebagai sarana menyebar kekacauan dalam hubungan internasional dan mempromosikan kolonialisme dan hegemoni.
Al-Moallem sekali lagi membantah temuan para penyelidik PBB, yang telah mengaitkan beberapa dari setidaknya 17 serangan kimia yang dilaporkan selama konflik dengan pasukan pemerintah.
“Kami sepenuhnya mengutuk penggunaan senjata kimia dalam keadaan apa pun,” katanya seperti dikutip dari Al Jazeera, Minggu (30/9/2018).
Ia juga mengklaim bahwa tidak ada penyelidikan atau bukti yang tidak memihak yang diajukan untuk menghubungkan pemerintahannya dengan serangan kimia.
Masalah ini telah menjadi pembahasan panas di Dewan Keamanan PBB, dengan Rusia memveto upaya untuk menyelidiki rezim Assad sepenuhnya.