Jakarta – Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai leading sector atau koordinator penanggulangan terorisme di Indonesia telah menjalankan program sinergisitas antara Kementerian/Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme di Tahun 2018. Total 36 Kementerian/Lembaga yang terlibat dalam program yang menyasar daerah-daerah yang dinilai sangat rentan dengan potensi terorisme.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Wiranto puas dengan pelaksanaan program Sinergisitas antara Kementerian/Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme di Tahun 2018 yang diterapkan di lima daerah di Sulawesi Tengah dan tiga daerah di Nusa Tenggara Barat (NTB). Daerah tersebut terdiri dari Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima, dan Kota Bima, di Provinsi NTB. Sementara lima daerah di Sulteng yakni Kota Palu, Kabupaten Parigi Moutong, Kabupaten Poso, Kabupaten Morowali, dan Kabupaten Tojo Una-Una.
Dalam penerapannya, setiap kementerian berkontribusi sesuai dengan kapasitas kerja masing-masing.
“Karena semua kementerian dan lembaga terlibat langsung dalam membina masyarakat yang termarjinalkan, membina eks napiter, membina orang-orang yang sudah terpapar radikalisme dan menuju radikalisme, untuk kemudian sadar kembali,” kata Wiranto usai mengikuti rapat Laporan Pelaksanaan Kementerian/Lembaga Sinergisitas Antara Kementerian/Lembaga dalam Penanggulangan Terorisme di Tahun 2018, di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Kamis (27/12/2018).
Sebagai contoh, program ini merevitalisasi sebuah pesantren di Bima, NTB. Dua kementarian yakni Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Kementerian Pertanian bersinergi dalam revitalisasi tersebut. Kementerian PUPR memperbaiki bangunan pondok tersebut. Sementara, Kementerian Pertanian memberikan anak ayam dan bibit jagung agar santri dapat berternak dan bercocok tanam.
Wiranto mengatakan, program ini menunjukkan kehadiran negara, sehingga masyarakat tetap berideologikan Pancasila. “Bahkan yang tadinya mereka enggak mengibarkan bendera Merah Putih, enggak baca Pancasila, sekarang mereka setiap Senin justru mempelopori upacara bendera, pembacaan Pancasila, juga bisa bersosialisasi dengan masyarakat,” jelas Wiranto dikutip dari kompas.com.
Menurut Wiranto, hal itu membawa pengaruh positif, sebagai bentuk pencegahan terorisme terhadap masyarakat di daerah tersebut.
“Tentu hasilnya sangat menguntungkan, karena bisa membangun, terjaminnya wilayah itu, bisa membangun satu pertahanan dari terorisme, ini dinamakan soft approach oleh karena itu di dua wilayah itu sudah kelihatan hasilnya,” terangnya.
Oleh karena itu, kata Wiranto, mereka memutuskan untuk menambah satu wilayah lagi di tahun 2019, yaitu Jawa Timur.