Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Hadi
Tjahjanto mengatakan bahwa merawat persatuan dalam kemajemukan bangsa
menjadi kunci keberhasilan mencapai visi Indonesia Emas 2045.
“Salah satu hal yang sangat penting untuk menjadi kunci keberhasilan,
meningkatkan capaian pembangunan menuju Indonesia Emas adalah merawat
persatuan dalam kemajemukan bangsa,” kata Menko Hadi saat memberikan
kuliah umum dengan tema “Merawat Persatuan Dalam Kemajemukan Menuju
Indonesia Emas 2045″ di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Selasa
(24/9).
Hadi menuturkan kemajemukan bangsa Indonesia akan menghasilkan energi
positif manakala setiap komponen bangsa berinteraksi antara satu
dengan lainnya secara sehat.
Dengan demikian, lanjut Hadi, yang diperlukan saat ini adalah merawat
persatuan dalam kemajemukan suku, budaya, agama, dan kelompok politik
yang disatukan oleh kesamaan visi menuju Indonesia Emas.
“Semangat ini diperlukan seperti pada saat bangsa Indonesia merebut
kemerdekaan yang disatukan oleh visi mencapai Indonesia merdeka,”
ujarnya.
Visi Indonesia Emas 2045, kata Hadi, didasari oleh kondisi sumber daya
manusia pada tahun 2045 yang sangat produktif.
Indonesia diprediksi mengalami bonus demografi pada tahun 2045 dengan
jumlah penduduk mencapai 309 juta jiwa, yang di antaranya 52 persen
berusia produktif, 75 persen hidup di perkotaan, dan 80 persen
masyarakat berpenghasilan menengah.
Sementara itu, angka partisipasi kasar (gross enrollment ratio) sumber
daya manusia yang menempuh pendidikan tinggi di Indonesia akan
mencapai 60 persen.
“Ini menggambarkan bahwa fasilitas, kapasitas, aksesibilitas, serta
partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pendidikan semakin baik,
khususnya pada jenjang pendidikan tinggi,” ujar Hadi.
Sementara itu, lanjut Menko Polhukam, angka angkatan kerja lulusan
pendidikan SMA sederajat dan perguruan tinggi akan mencapai 90 persen,
serta tingkat pengangguran alamiah terjaga pada angka 3 hingga 4
persen.
Sejalan dengan itu, mantan Panglima TNI ini menambahkan bangsa
Indonesia telah berhasil menjaga kehidupan berbangsa dan bernegara
yang stabil, serta senantiasa menuju perbaikan.
Menurut Hadi, indeks demokrasi Indonesia akan stabil berada pada skor
80-an, indeks perilaku antikorupsi dapat dipertahankan pada angka 3,9
dan proses reformasi birokrasi di level kementerian telah dapat
dijalankan 100 persen.
“Namun demikian, kita tentu harus tetap waspada. Indonesia Emas bukan
sesuatu yang akan datang begitu saja. Kita perlu menyadari bahwa
tantangan global pada tahun 2045 tentu sangat berbeda dengan tantangan
saat ini,” katanya.
Sementara itu, Rektor UGM Prof. Dr. Ova Emilia mengatakan kemajemukan
bangsa bisa menjadi sumber perpecahan atau konflik sosial jika tidak
dikelola dengan baik.
Oleh karena itu, kata Ova, kampus memberikan ruang diskusi terbuka
untuk menyampaikan pandangannya melalui koridor akademik.
“Kampus juga mendorong kebebasan berekspresi yang bisa dilakukan di
luar kampus yang berdampak luas, namun harus tetap berada dalam
koridor etik serta mempertimbangkan hak asasi manusia,” tutur Ova
Emilia.