Jakarta – Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud Md mengatakan ada perbedaan dukungan terhadap teroris dahulu dan kini. Dulu teroris didukung pihak internasional dengan pendanaan, tapi sekarang didukung dengan dikirim senjata.
“Di perbankan, kita kerja sama bagaimana transfer uang itu agar betul-betul terkontrol. Karena banyak tuh dari gerakan-gerakan teror internasional itu kadang kala mengirimkan uang. Kalau dulu lewat perbankan, oke, sudah diantisipasi,” ujar Mahfud di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, sebagaimana dikutip detik.com, Selasa (15/12).
Setelah pendanaan tidak bisa dilakukan, dukungan dari luar negeri untuk gerakan teroris berubah. Salah satu bentuk dukungannya adalah mengirimkan senjata.
“Sekarang kadang kala itu bentuknya beli barang ke seseorang tetapi sudah di dalam, dibagi dalam bentuk membuat senjata dan sebagainya,” kata Mahfud.
Selain itu, Mahfud bercerita soal tantangan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ada perbedaan tipe gangguan wilayah di bagian terdepan atau perbatasan negara dengan wilayah di dalam.
Pada wilayah terdepan, khususnya perbatasan, sering terjadi konflik langsung wilayah. Beberapa kelompok luar melanggar teritori wilayah, bahkan mengklaim memiliki otoritas terhadap wilayah Indonesia.
“Apa problem terhadap upaya menjaga keutuhan itu? Keutuhan wilayah dan ideologi itu. Banyak sekali. Saya sampaikan di belahan barat sana, ada Natuna Utara, itu sering diganggu oleh kapal-kapal asing. Oleh sebab itu, kita harus memperkuat di sana untuk menjaga keutuhan. Demikian juga di sana ada organisasi separatis, dan ini mengganggu keutuhan teritori kita,” ucap Mahfud.
Sementara itu, di bagian dalam wilayah Indonesia, tantangan keutuhan negara adalah bentuk pemikiran radikalisme. Orang yang telah terpengaruh paham tersebut langsung bertindak teror.
“Lalu di tengah, yang disebar-sebar itu bukan soal teritori seperti di barat, seperti di timur. Radikalisme dan terorisme itu tantangan terhadap ideologi yang tersebar di Jawa, Sumatera, Aceh, NTB, di mana pun itu, ada gerakan-gerakan yang disebut gerakan radikalisme, yang pada tindakannya ya bentuknya terorisme,” ucapnya.