Jakarta – Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD menyebut ada sekitar 600 warga negara Indonesia (WNI) teridentifikasi sebagai teroris lintas batas.
Para foreign terorrist fighter (FTF) tersebut berada di sejumlah negara termasuk di Timur Tengah. “Dari [negara] Suriah kita punya 187 [WNI]. Lebih dari 600 warga kita di luar negeri sekarang teridentifikasi [FTF],” katanya di Kemenko Polhukam, Jakarta, Jumat (10/1) lalu.
Dia menyebut para teroris lintas batas ini akan dipulangkan, namun skema pemulangan masih akan dipikirkan oleh pemerintah. Pun demikian, pemulangan nantinya tidak akan membahayakan keamanan dalam negeri.
“Di berbagai negara itukan harus dibicarakan bagaimana pemulangannya kalau dipulangkan berbahaya atau nggak, dan sebagainya. Nah, itu misalnya kerjasama laut,” katanya.
Pemerintah juga melakukan kerja sama dengan Pemerintah Jepang untuk pemulangan para teroris tersebut.
Sementara itu, di Timur Tengah, kematian Mayor Jenderal Qassem Soleimani diprediksi akan menguntungkan al-Qaeda dan ISIS. Pasalnya selama ini Qassem dan militernya menjadi pihak yang memberantas kelompok teroris itu.
Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengatakan Qassem yang tewas karena serangan AS adalah tokoh Iran yang sangat disegani. Dia merupakan sosok yang memberantas terorisme termasuk Al Qaeda dan ISIS di Timur Tengah.
“Tewasnya Jenderal Qassem membawa angin segar bagi kelompok teroris seperti ISIS dan Al Qaeda ini bisa menjadi pemicu bagi sel tidur di Indonesia yang sebagian besar berafiliasi dengan ISIS dan Al Qaeda,” katanya.
Menurutnya pemerintah perlu melakukan pengamanan terhadap Warga Negara Indonesia di Timur Tengah karena berada di wilayah konflik.
“Pemerintah perlu menyiapkan skenario-skenario untuk penyelamatan WNI yang berada di Timur Tengah karena jumlahnya cukup banyak,” tandasnya.