Jakarta – Di jaman kemerdekaan, pahlawan adalah sosok yang ikut berperang mengusir penjajah. Tapi di jaman sekarang, pahlawan sejati bisa diwujudkan dengan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dari ancaman radikalisme dan terorisme.
“Seluruh bangsa Indonesia harus bisa mengambil teladan dari para pahlawan untuk menjaga kemerdekaan RI yang telah diperjuangkan dulu. Apalagi dengan adanya ancaman radikalisme dan terorisme yang nyata-nyata ingin memecah belah NKRI,” kata tokoh kebangsaan Romo Franz Magnis Suseno di Jakarta, Rabu (9/11/2016).
Menurut Romo Magnis, ada banyak teladan yang bisa diambil bangsa Indonesia, khususnya generasi muda dalam melindungi NKRI dari berbagai macam gangguan antara lain kejujuran, integritas, tanpa pamrih, dan toleran. Ia memberi contoh sikap kepahlawan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Menurutnya, Gus Dur adalah salah satu figur yang patut dicontoh dalam menghargai persatuan dan dan keberagaman di Indonesia. Sebagai seorang nasionalis, Gus Dur sangat mantap sebagai seorang muslim. Tapi dia juga memiliki toleransi yang luar biasa dalam melihat berbagai persoalan kebangsaan yang ada.
Saat ini, lanjut Romo Magnis, Indonesia tengah menghadapi gangguan dari kelompok radikalisme dan terorisme yang dilatarbelakangi ideologi dan agama. Karena itu, generasi muda harus mengambil contoh baik dari pahlawan dengan memperkuat pemahaman ideologi Pancasila dan memahami agama secara baik. Itu bisa dilakukan dengan bertanya pada guru atau tokoh yang memiliki pemahaman ideologi dan agama yang baik dan benar.
“Nilai-nilai kepahlawanan itu harus selalu ditumbuhkan, agar semangat anak muda Indonesia untuk menjadi teladan dan berbuat positif bagi bangsa Indonesia terus bergelora. Kalau itu terjadi, saya optimis paham radikalisme dan terorisme tidak akan bisa masuk dan merusak sendi-sendi kehidupan di Indonesia,” imbuh Romo Magnis.
Selain itu, ia juga menggarisbawahi peran sosial media dalam pencegahan paham radikalisme dan terorisme. Menurutnya, keberadaan sosial media menjadi tantangan besar karena sosial media bisa sangat anarkistis tanpa bisa dikendalikan secara langsung. Bahkan semua orang bisa menulis dan melakukan propaganda tanpa diiringi rasa tanggung jawab. Karena itu peran keluarga, lingkungan, budaya, agama, dan kebangsaan sangat penting untuk melindungi generasi muda dari propaganda radikalisme dan terorisme melalui media sosial.
“Orang harus mempunyai nilai-nilai mulai keluarga, lingkungan, budaya, agama, kebangsaan. Kalau itu utuh, dia tidak akan tertarik dengan radikalisme dan teorisme melalui propaganda apapun. Itulah tantangan bagi kita untuk menciptakan manusia Indonesia yang berkarakter dalam mencegah radikalisme dan terorisme,” ungkap Romo Magnis.
Terkait kejahatan terorisme yang dilakukan kelompok ISIS, Romo Magnis menilai, secara normal orang tidak akan melakukan tindakan-tindakan kekerasan yang biadab seperti itu. Apalagi dengan karakter orang Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya, agama, suku, dan perbedaan lainnya. Ia hanya menyayangkan saat ini salah satu kekuatan bangsa Indonesia yaitu gotong royong mulai luntur di dalam masyarakat. Padahal Bung Karno bersama para pahlawan Kemerdekaan RI lainnya menghubungkan Pancasila dan gotong royong saat membangun pondasi NKRI.
“Gotong royong tradisional seakan telah mati dari negeri ini. Itu bukan karena orang Indonesia telah kehilangan jiwa sosial, tapi akibat modernitas yang membuat orang berpacu dalam kehidupan. Akibatnya, banyak orang terkesan hidup individu. Padahal bila gotong royong masih ada, upaya-upaya pemecah belah bangsa dari kelompok radikalisme dan terorisme akan sulit masuk ke Indonesia,” papar Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya itu.