Makasar – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. Ir. Hamli menegaskan bahwa perlu kerja bersama dalam upaya penanggulangan paham radikal terorisme, karena radikal terorisme merupakan ancaman nyata bagi keutuhan dalam berbangsa dan bernegara, berbicara dihadapan mahasiswa Universitas Hasanuddin Makasar (UNHAS) pada kegiatan Public Lecture kerjasama antara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan Kemenristek Dikti yang bertempat di Universitas Hasanuddin Makasar (UNHAS) siang ini, Sabtu, (26/8/2017).
Hamli memparkan bahwa perkembangan kelompok radikal terorisme sudah sangat berbahaya, Menurut penelitian Wahid Foundation pada tahun 2016 : 72% mayoritas muslim di Indonesia menolak tindakan terorisme namun, 7,7 % mengatakan bersedia berpartisipasi dalam tindakan terorisme dan 0,4% mengaku pernah melakukan tindakan terorisme. Sebuah angka yang tentu saja menghawatirkan terutama dengan perkembangan internet sekarang ini yang hampir semua masyarakat pasti mempunyai Gadget yang terkoneksi ke jaringan internet.
Melihat perkembangan tersebut, pelaku terorisme sekarang ini melakukan propaganda, hasutan dan ajakan untuk bergabung dengan ISIS melalui media sosial, seperti yang dilakukan oleh Bahrun Naim yang telah bergabung dengan ISIS, Bahrun Naim hingga saat ini masih aktif melakukan propaganda dan perekrutan melalui dunia maya. Telah ada korban dari propaganda Bahrun Naim, seorang mahasiswa perguruan tinggi di Surabaya peraih mendali olimpiade juga terkena oleh propaganda Bahrun Naim yang disebarkan melalui facebook dll.
Lebih jauh Hamli meminta kepada mahasiswa untuk selalu waspada terhadap pergerakan kelompok radikal terorisme, terutama yang berada disekitar kampus, karena sejatinya lingkungan universitas juga tidak aman dari virus paham radikal terorisme, oleh karena itu, mahasiswa perlu juga untuk mengetahui bagaimana ciri atau pola yang dikembangkan oleh kelompok radikal terorisme dalam upaya menyebarkan pahamnya.
“Salah satu ciri seseorang telah terjangkit virus paham radikal terorisme adalah mengkafirkan negara Indonesia, maka dari itu, jika telah ada teman anda yang mulai mengkafir-kafirkan temannya dan negara, maka itu sudah masuk cirinya menjadi radikal terorisme” ungkap Hamli dihadapan 5000 mahasiswa baru UNHAS.
Menurut penelitian LIPI. Anas Said mengatakan bahwa sebagian kampus-kampus besar telah mulai terjangkiti oleh paham radikal, bukan hanya mahasiswa namun Dosennya juga telah ada yang terkena virus paham radikal terorisme. Oleh karena itu menjadi tanggungjawab bersama seluruh komponen bangsa dan civitas akademika untuk kerja bersama dalam upaya pencegahan paham radikal terorisme terutama yang berada didalam kampus.