Menhan : Radikalisme dan Terorisme Ancaman Serius Bagi Kedaulatan Bangsa

Jakarta – Menteri Pertahanan (Menhan), Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu, secara tegas menyatakan bahwa salah satu ancaman nyata dan serius yang wajib mendapatkan perhatian bersama adalah ancaman bahaya terorisme dan radikalisme.Demikian dikatakan Menhan saat menyampaikan Keynote Speak Dialog Raisina, India pekan ini seperti keterangan yang diterima redaksi (Jumat, 19/1/2018).

“Ancaman radikalisme dan terorisme selalu mengintai setiap saat, terlebih pada era keterbukan sekarang ini, setiap orang atau kelompok orang dapat saling berinteraksi melalui jaringan komunikasi internet tanpa ada sekat dan hambatan. Kelompok radikal terorisme yang menamakan dirinya Islamic State of Iraq dan Syiria (ISIS) dapat mengendalikan anggotanya atau memberikan perintah serangan tanpa harus melalui pertemuan.” ujar Menhan seperti dikutip RMOL.co.

Bahaya radikalisme dan terorisme tidak hanya terpaku pada satu negara atau wilayah, ancamannya bersifat lintas negara dan sangat massif melakukan propaganda melalui media dan akun-akun yang mereka kelola, selain propaganda melalui media yang massif jaringan tertutup juga masih mereka jalankan, sehingga dalam penangananya sangat memerlukan penanganan kolektif dan tindakan bersama-sama melalui kolaborasi kapabilitas dan interaksi antar negara yang intensif, konstruktif dan konkrit.

Di kawasan Asia Tenggara, Filipina Selatan telah dijadikan salah satu basis kekuatan ISIS yang ikut memicu aksi-aksi teror di kawasan Asia Tenggara. Kelompok ini terus merencanakan membangun Daulah Islamiyyah Katibah Nusantara yang merupakan aliansi dari Divisi Islamic State Asia Timur di bawah kendali struktur ISIS Pusat yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi yang berbasis di Syiria dan Irak.

“Guna mengatasi potensi ancaman terorisme dan radikalisme ini maka Indonesia bersama negara lainya yaitu Filipina dan Malaysia telah mengambil langkah-langkah kerja sama yang konkret melalui pembentukan Platform kerja sama Trilateral di Laut Sulu yang diisi dengan kegiatan patroli bersama,” ucap Menhan.

Masalah lain yang patut mendapatkan perhatian adalah krisis Rohingnya di Rakhine State Myanmar. Sangat diperlukan solusi konkrit dan penanganan bersama di kawasan yang tepat sasaran.

“Karena bila tidak ditangani dengan baik dan benar, para pengungsi yang rapuh ini dapat direkrut oleh kelompok ISIS untuk memperkuat jaringanya,” ucap mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) ini.

Untuk lebih memperkuat sistem pengawasan dan deteksi dini terhadap potensi berkembangnya ancaman ISIS di kawasan, Kementerian pertahanan sendiri sudah mengeluarkan satu inisiatif platform kerja sama baru. Yakni konsep kerja sama pertukaran intelijen strategis bernama “Our Eyes”.

Konsep tersebut hampir mirip dengan konsep Five Eyes negara barat yang melibatkan unsur kerja sama Pertahanan/Militer dan Jaringan Intelijen secara terintegrasi. Konsep itu adalah murni kerjasama untuk mengatasi Ancaman Terorisme dan radikalisme di kawasan tanpa ada agenda Politik di dalamnya.

“Konsep ini telah didukung secara aklamasi oleh para Menhan ASEAN serta beberapa negara mitra seperti Amerika Serikat, Australia, Rusia dan Jepang menyatakan keinginan untuk bergabung,” tambah alumni Akmil tahuin 1974 ini mengakhiri.