Menhan Ingatkan Tokoh Masyarakat dan Ulama Jaga Keutuhan NKRI

Menhan Ingatkan Tokoh Masyarakat dan Ulama Jaga Keutuhan NKRI

Jakarta – Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengingatkan. agar para tokoh masyarakat, serta ulama bisa terus menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI.

Menurutnya, hal ini lantaran masih ada ancaman terorisme dengan paham radikalisme yang ingin merusak NKRI.

Ia menekankan, perlu peran ulama untuk melaksanakan menjaga Pancasila.

“Kalau para ulama tidak melaksanakan bela negara dan tidak membela Pancasila, serta UUD 1945, maka kita menjadi pengkhianat kepada bangsa ini. Dan, pengkhianat bagi orangtua dan ulama-ulama pendahulu kita, yang telah memperjuangkan kemerdekaan bangsa,” kata Ryamizard melalui siaran persnya, Selasa (9/4).

Ryamizard menambahkan, dalam era perkembangan modernisasi dan globalisasi saat ini bukan hanya menghadapi ancaman fisik, tetapi juga non fisik. Untuk itu, seluruh elemen warga negara Indonesia harus mewaspadai ancaman disintegrasi bangsa melalui perubahan mindset yang tujuannya mengubah ideologi negara Pancasila.

“Dengan kekuatan soft power, ancaman ini terus berupaya secara sistematis, terstruktur, dan massif untuk merusak jati diri anak bangsa Indonesia dengan ideologi radikal,” tuturnya.

Kemudian, ia mengingatkan kembali bahwa salah satu ancaman yang sangat nyata dan merupakan bentuk penistaan terhadap agama, negara adalah terorisme dan radikalisme.

Baca juga : Mufti Damaskus: Umat Islam Indonesia Jangan Percaya Propaganda Radikal Terorisme

Menurutnya, ancaman ini tak hanya menimbulkan kerugian material dan nyawa, serta menciptakan rasa takut di masyarakat. Namun, juga telah mengoyak keutuhan berbangsa dan bernegara.

“Terorisme dan radikalisme yang kita hadapi saat ini adalah ancaman teroris generasi ketiga,” tutur eks Kepala Staf TNI AD itu.

Lalu, dia menjelaskan ancaman teroris generasi ketiga yang dimaksudnya. Salah satunya, kembalinya militansi kelompok radikal ISIS Timur Tengah.

“Ciri khusus dari ancaman terorisme generasi ketiga ini adalah kembalinya para militan asing ISIS dari Timur Tengah, serta berevolusinya ancaman dari yang bersifat ter-sentralisasi menjadi terdesentralisasi yang menyebar ke seluruh belahan dunia, setelah kekalahan ISIS di Suriah dan Irak,” pungkasnya.