Jakarta – Situasi pandemi Covid-19 telah menggeser separuh lebih aktifitas dan interaksi manusia dari konvensional ke digital dan dari ruang nyata ke ruang maya. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Dr. Boy Rafli Amar, MH, mengungkapkan bahwa di masa pandemi justru kelompok teror semakin masif dalam menyebarkan narasi, rekrutmen hingga pendanaan lewat internet.
Ketua Umum Pengurus Besar Matla’ul Anwar (Ketum PBMA) H. Embay Mulya Syarief mengatakan bahwa karena itulah saat ini yang perlu diwaspadai masyarakat tidak hanya virus covid-19 saja, melainkan juga virus radikalisme dan terorisme yang bisa menjangkiti siapa saja.
”Karena itulah, mengenali narasi radikalisme menjadi penting untuk dipahami oleh seluruh masyarakat, karena ini juga termasuk virus yang berbahaya,” ujar H. Embay Mulya Syarief di Jakarta, Selasa (13/7/2021).
Menurutnya, radikalisme tidak sekedar ajakan kekerasan, tetapi narasi yang mengarah pada saling membenci, memecah belah hingga dorongan ketidakpercayaan publik terhadap negara. Karena itulah ia mengungkapkan, selain meningkatkan imunitas tubuh, imunitas terkait mental dan nalar penting juga untuk ditingkatkan dari virus radikalisme di masa pandemi.
”Karena kalau kita bicara masalah pandemi pada hari ini, tentunya mungkin kita tahu obatnya, kita tahu vaksinnya. Tetapi kalau virus radikalisme, tentang pemikiran tentunya harus bersama-sama kita lawan,” tutur mantan Ketua KADIN Serang itu.
Lebih lanjut, pria kelahiran Pandeglang, 4 Maret 1952 itu mencontohkan terkait aturan protokol kesehatan (prokes) yang saat ini digalakkan oleh pemerintah untuk membendung virus covid-19. Menurutnya, perlu juga diterapkan hal serupa untuk membendung virus radikal dan intoleran yang juga masif saat ini, apalagi yang mengarah kepada provokasi kekerasan.
”Seperti misalnya tempat ibadah, itu kan dibuat untuk menghambat penyebaran virus tetapi malah ada yang mengatakan kalau tempat ibadah tidak boleh ditutup. Padahal kan sholat bisa saja dari rumah dan itu juga ada hukumnya,” jelas Embay.
Embay mengungkapkan bahwa sebagaimana diatur dalam Al Qur’an, manusia diwajibkan untuk menjaga nyawa manusia lainnya, apalagi dikala pandemi seperti saat ini, tidak terkecuali juga dengan pandemi virus radikal intoleran.
”Mari kita jaga nyawa sesama manusia dengan menerapkan protokol kesehatan dan beribadah dari rumah. Kita jaga juga saudara kita dari penyebaran virus radikalisme yang terus mengancam saat ini utamanya melalui media sosial,” terangnya.
Karena memang menurut Embay, kita sudah seharusnya selalu mengikuti anjuran pemerintah apalagi dalam kondisi pandemi seperti sekarang ini. Jangan malah memprovokasi dan menghasut dengan dalih-dalih keagamaan seperti yang pernah dilakukan oleh DI/TII atau NII di masa lalu.
”Kelompok-kelompok seperti itu kan memang selalu menyebarkan virus radikal intoleran untuk membuat kekacauan dengan tujuan untuk merebut kekuasaan dan kemudian mengganti Indonesia dengan ideologi mereka sendiri,” ungkapnya.
Oleh karena itu ia menyebutkan, bahwa narasi-narasi dari kelompok mereka ini, apalagi dimasa krisis pandemi seperti saat ini selalu menyebut Indonesia sebagai negara gagal. Jadi memang menurutnya sekaranglah saatnya semuanya, baik ulama, umat, dan umara atau pemerintah ini untuk bersatu dalam menanggulangi wabah Covid-19 dan wabah radikalisme yang semakin mengkhawatirkan ini.
”Karena kan memang sudah banyak sekali korbannya, jadi mari kita dukung langkah pemerintah untuk bersama-sama bergandengan tangan untuk saling membantu menyelamatkan nyawa manusia dari virus Covid dan virus terorisme dengan menaati anjuran dari pemerintah,” ujarnya mengakhiri.