Mendagri: Ancaman Radikalisme dan Terorisme Sulit Dideteksi

Jakarta – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tjahjo Kumolo, kembali mengingatkan jajarannya bahwa ancaman radikalisme dan terorisme sangat sulit dideteksi. Dia pun mengimbau kepada semua pihak untuk mencermati semua perkembangan dinamika dan meningkatkan kewaspadaan.

Dikatakan, ancaman bangsa ini adalah masalah radikalisme dan terorisme yang memporak-porandakan kehidupan berbangsa kita, sudah tidak bisa kita deteksi dengan baik. Siapa kawan dan lawan sulit dilihat dengan jelas. Bayangkan saja, shalat ternyata ada yang mengancam.

Hal itu dikatakan Tjahjo Kumolo dalam pidatonya di acara apel pagi bersama jajaran staf Kementerian Dalam Negeri, di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (3/7/2017). Dia mengatakan teror terhadap aparatur pemerintah termasuk pegawai negeri sipil maupun polisi sama saja dengan melawan negara.

Mendagri pun meminta setiap pihak mengerti prinsip itu. Untuk mengantisipasi teror yang terjadi dia mengusulkan Kepolisian Indonesia kembali menggalakkan kegiatan sistem keamanan lingkungan yang dulu digalakkan Orde Baru kepada warga. Di mana seluruh tamu atau orang asing yang menginap di lingkungan tertentu harus melaporkan diri ke RT/RW.

“Kita perlu kembali menggerakkan ‘pemolisian’ di tingkat RT/RW. Kalau ada yang menginap lapor. Ini yang sudah mulai memudar. Profesionalisme jajaran Polri sudah semakin meningkat, di mana tingkat disiplin yang diterapkan polisi sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan anggota Polri dalam menjaga kamtibmas,” ujarnya.

“Profesionalisme dan disiplin anggota Polri sekarang akan sangat berpengaruh terhadap ketegasan penindakan hukum oleh Kepolisian Indonesia tanpa pandang bulu demi menjaga keamanan dan ketertiban serta melindungi masyarakat,” lanjut Tjahjo Kumolo.

Namun, keberhasilan kepolisian juga harus didukung informasi keterbukaan dan keberanian masyarakat menyampaikan informasi kepada kepolisian atas semua gelagat dinamika yang ada di masyarakat.