Jombang – Keseimbangan (stabilitas) dalam hidup beragama dan bernegara
adalah salah satu pilar utama. Karena itu menjadi tugas bersama
seluruh masyarakat untuk menjaga segala sesuatu yang mengancam
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti dari
ancaman terorisme dan radikalisme.
Hal itu Rektor Universitas Darul Ulum Jombang, H Amir Maliki Abitolkha
pada acara seminar nasional “Pegadaian Peduli Santri Cegah Terorisme
dan Radikalisme dengan Menjaga Keberagaman”, yang diselenggarakan oleh
Universitas Darul Ulum bekerja sama dengan Pegadaian dan Badan
Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT-RI) di Aula
Universitas Darul Ulum, Senin (13/05/2024)
“Kajian tentang terorisme dan radikalisme menjadi sangat penting.
Salah satunya adalah, karena stabilitas menjadi sangat penting untuk
dijaga secara bersama-sama,” jelas Amir..
Menurutnya, kegiatan semacam seminar atau kegiatan lainnya yang
berupaya menanggulangi tindakan radikalisme sangat diperlukan.
Setidaknya hal itu menjadi media bersama untuk mencari formula untuk
mencegah dan menangkal bibit-bibit radikalisme sedini mungkin.
“Kegiatan semacam ini diperlukan. Paling tidak kita ini mencari
formula bagaimana terorisme bisa ditangkal,”terangnya.
Lebih lanjut, ia menceritakan perbedaan pendapat yang kemudian menjadi
persoalan yang bermuara pada radikalisme. Karena menurutnya, salah
satu sebab munculnya radikalisme adalah karena pemahaman agama yang
tidak mendalam.
Seperti kasus sebagian kelompok yang merasa bahwa dzikir dengan tidak
mengencangkan suara (sirri) adalah yang paling benar. Padahal,
lanjutnya, hadis tentang anjuran berdzikir dengan sirri itu memang
berstatus mutawatir. Tetapi, di samping itu ada hadis lain yang
menganjurkan untuk berdzikir dengan mengencangkan suara (jahr) yang
juga berstatus mutawatir.
Kemudian timbul perasaan lebih benar ketimbang kelompok lain yang
memiliki pendapat berbeda. Lebih dari itu, bahkan sampai merasa hanya
kelompok mereka lah yang berhak masuk surga. Menurutnya, dari semacam
persoalan seperti inilah kemudian muncul benih-benih radikalisme.
“Dari sanalah simpul-simpul radikalisme bermunculan. Karena ada
anggapan pendapat saya lebih benar berbanding yang lain”, imbuhnya.
Di samping itu, tidak terlepas di pesantren, ia menekankan bahwa yang
perlu dilestarikan guna menanggulangi radikalisme dan terorisme adalah
dengan mengkaji kembali Sirah Nabawiyah. Karena di dalamnya terdapat
beragam sunnah Nabi yang menjelaskan tentang bagaimana cara beragama.
“Literasi yang perlu dikembangkan untuk menangkal radikalisme adalah
kembali kepada Sirah Nabawiyah”, ujarnya.
Karena ketika pemahaman terhadap Sirah Nabawiyah terbatas yang muncul
adalah pemahaman agama yang tidak utuh, yang kemudian hal itu bisa
menjadi bibit timbulnya radikalisme.