Jakarta – Menteri Agama RI Lukman Hakim Syaifuddin mengumpulkan para rektor Universitas dan Perguruan Tinggi Islam yang tergabung dalam Forum Rektor Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di rumah dinasnya Komplek Widya Chandra, Jakarta, Jumat (29/6/2018). Acara itu dikemas dengan konsep halal bihalal sekaligus diskusi tentang masuknya paham radikalisme di kampus
Halal bihalal ini bertujuan untuk berdiskusi dan saling sharing antara rektor PTKIN seluruh Indonesia. Sharing ini bertujuan untuk menanggulangi paham-paham radikalisme yang tersebar di lingkungan kampus.
Acara tersebut dihadiri oleh sekitar 57 Rektor UIN dan IAIN serta STAIN dari seluruh indonesia dan pejabat pejabat tinggi di lingkungan Kemenag. Hadir sebagai pembicara Prof Dr. Azyumardi Azra (Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah) dan Brigjen Pol Hamli ME (Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)), serta pengantar diskusi Prof Phil Kamaruddin Amin (Pendais Islam Kemenag).
Menurut Amin, pelaksanaan kegiatan ini bertujuan untuk membangun sinergitas semua rektor untuk sama sama bekerja menanggulangi paham yang berinfiltrasi ke dalam kampus. Kebebasn berrdialog dan diskusi di lingkungan kampus merupakan sesuatu yang mutlak, namun perlu diwaspadai karena jangan sampai hal hal tersebut menjadi ideologi mereka.
Direktur Pencegahan BNPT Brigjen Hamli menjelaskan pihaknya sangat apresiasi dengan kegiatan ini dan menegaskan bahwa uin dan iain merupakan harapan utama dalam membendung radikalisme di kampus. Radikalisme yang berkembang di tanah air saat ini tidak terlepas dari perkembangan yang terjadi di kawasan timur tengah. Selain itu ideologi yang diusung oleh mereka bertentangan dengan paham-paham keislaman yang ada di Indonesia.
“Dalam merekrut pengikut mereka menggunakan berbagai cara mulai dari penerimaan mahasiswa hingga pemberian beasiswa untuk dipersiapkan untuk memimpin di berbagai lini di masa yang akan datang,” ungkap Hamli.
Sementara itu Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Prof Azyumardi Azra menegaskan bahwa masuknya radikalisme di kampus sudah tidak perlu lagi ditutupi bukan saja di kampus umum tapi juga di kampus-kampus agama. Ini suatu tantangan bagi semua pemangku kebijakan di kampus agar sungguh-sungguh membenahi masalah yang berkembang di kampus yang dapat mengancam falsafah-falsafah negara.
ia juga menghimbau agar kampus betul betul memberikan dorongan kepada mahasiswa agar benar-benar mendalami agama secara komprehensif bukan pemahaman agama yang ekstrim. Juga penanaman nilai-nilai lokal Pancasila dan Kebhinnekaan harus kembali ditumbuhkan di kampus-kampus sehingga mahasiswa paham tentang negara dan bangsanya.
ia juga mengusulkan agar harus ada kontra wacana di lingkungan kampus dalam menghadapi paham-paham transnasional antara lain mengaktifkan organisasi organisasi kampus seperti sebelumnya, bukan organisasi organisasi yang baru seperti LDK dan KAMMI. ia juga mengingatkan agar para rektor memantau secara ketat kampus mereka masing masing sehingga sarana-sarana kampus tidak menjadi sarana yang dimanfaatkan oleh kelompok kelompok radikal.
“Para rektor harus bisa memainkan peran yang lebih signifikan di kampus masing masing dalam upaya membendung pertumbuhan radikalisme di kampus karena pelaku pelaku teroris tidak mengenai asal mereka belajar,” tegas Azyumardi.
Dalam closing ceremony, Menag Lukman Hakim Syaifuddin menegaskan bahwa saatnya PTKIN mengambil peran yang lebih luas dalam publik untuk menjelaskan kepada masyarakat tentang islam moderat. Setiap rektor harus membuat task force dengan memanfaatkan semua potensi di kampus agar dapat bergerak untuk menciptakan diskurus keagamaan yang wasatiyah.
“Peran rektor sangat penting untuk mendorong pendalaman keislamanan di setiap prodi juga wawasan kebangsaan dan kemasyarakatan sebagai bagian dan fungsi kampus,” kata Menag.